Negeri Tahayul

REPOT juga ternyata jika kita dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa masyarakat kita masih menyakini banyak hal2 yang tidak masuk akal. Mitos, tahayul dan apapun sebutannya yang bersifat irasional masih melekat pada pemikiran sebagian warga. Bukan hanya orang jawa saja yang percaya hal itu. Keyakinan para warga keturunan Tionghoa terhadap mitos pun sangat kuat.

Seperti ketika aku mengikuti selamatan oleh puluhan warga Tionghoa umat Klenteng/Tempat Ibadah Tri Dharma Liong Hok Bio di puncak Bukit Tidar Kota Magelang pada 15 Maret 2006. Tiba2 salah seorang dari peserta ritual itu kerasukan makhluk gaib. Roh merasuk ke dalam diri peserta yang bernama Erna mengaku salah satu penghuni bukit yaitu eyang Ismoyo atau yang penduduk setempat menyebut Eyang Semar.

Dari mulut perempuan yang ternyata tamu dari Bali itu tiba-tiba mengucapkan berbagai pesan untuk peserta selamatan sembari memakan daun sirih yang diletakkan di sebuah tempat khusus sebagai salah satu uba rampe sesaji. Adapun sejumlah sesaji juga disediakan seperti dupa, nasi tumpeng, ingkung ayam, nasi kuning, jajan pasar dan empat macam bubur pasar.

Uniknya, roh itu juga ternyata ikut prihatin terhadap konsisi bangsa kita. Dikatakan bahwa Nusantara saat ini sedang sakit. Ibarat
manusia tubuh sudah sakit, tinggal jantungnya saja yang
masih berdetak.

Lebih unik lagi, pada akhir pembicaraan para peserta diminta untuk membagikan sesaji yang dibawa secara merata. Juga meminta meninggalkan kendi berisi air di puncak Bukit Tidar. Permintaan lainnya adalah air dalam kendi tersebut setiap hari harus diganti dengan yang baru sampai selesainya acara kirab.

Memang selain terdapat makam seoarang ulama bernama Syaikh Subakir, di bukit yang dijuluki 'pusarnya' tanah jawa itu diyakini terdapat beberapa penghuni. Salah satu yang tertulis dalam huruf jawa 'So' dalam tugu dipelataran, yaitu Enyang Ismoyo, Eyang Ratu Mangli dan Eyang Purboyo yang merupakan kasepuhan kraton Mataram. Selain itu juga terdapat kuburan keramat Kyai Sepanjang yang diyakini merupakan tombak yang dikubur tidak jauh dari makam Syaikh Subakir.

Terlepas persoalan mitos, sebagian orang masih punya keyakinan bahwa barang siapa yang dapat mendepa sebanyak tiga kali panjang kuburan tersebut, permintaan akan terkabulkan. Bahkan kata juru kuncinya, belum lama ini ada calon bupati di Lampung yang datang berziarah di tempat itu. Mujurnya, setelah melakukannya itu, kabarnya niatnya ternyata dikabulkan.

***

Melihat itu semua tidak mudah untuk membuat bangsa kita berpikir secara rasional. Sehingga dapat meninggalkan dari perbuatan yang dilakukan manusia pada zaman purba. Tanggak waktu diceritakan seperti itu, terbersit dalam benak untuk mencoba. Jangan-jangan?

Komentar

Postingan Populer