Dewa Bumi

“Semoga angin bertiup lembut, hujan pada masanya, negara aman rakyat aman santosa.”

DEMIKIAN harapan ribuan umat Tri Dharma (Budha, Tao dan Kong Hu Cu) yang mengikuti ruwat bumi dengan melaksanakan kirab Kongco Hok Tek Tjing Sin (Dewa Bumi) di sepanjang jalan utama Kota Magelang, Sabtu (17/3).

Umat Tri Dharma yang sebagian besar merupakan warga Tionghoa tersebut mempunyai keyakinan, dengan kirab bersama-sama yang disertai hati yang tulus, Dewa Bumi akan memberikan berkah pada seluruh negeri. Sekitar 27 klenteng se-Jawa turut serta dalam arak-arakan yang dimulai dari kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio di Alun-alun Kota Jasa.


Selain dari tuan rumah, hadir umat klenteng antara lain dari Cilacap, Kudus, Lasem, Semarang, dan Temanggung. Setiap kelenteng ramai-ramai mengarak Kimsin (arca) Hok Tek Tjing Sin dengan sebuah tandu kebesaran. Tiga ogoh-ogoh yang menggambarkan Dewa Rezeki, Dewa Kebahagiaan, dan Dewa Panjang Umur juga diusung dalam kirab yang digelar berkenaan dengan HUT Dewa Hok Tek Tjing Sin tersebut. Peserta kirab mengambil rute mulai dari Klenteng Liong Hok Bio melalui kawasan pertokoan Pecinan di Jalan Pemuda, Jalan Tidar, Tentara Pelajar, dan kembali lagi ke klenteng yang sudah berumur 143 tahun itu.


Sepanjang perjalanan, arak-arakan ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga setempat. Apalagi sejumlah kelompok kesenian tradisional seperti Reog Ponorogo, Jatilan dan Kesenian Ndolalak juga dilibatkan untuk memeriahkan kirab Dewa Bumi.


Walikota Magelang Fahriyanto didampingi Wakil Walikota Noor Muhammad beserta tokoh masyarakat setempat juga menyaksikan kirab dari panggung utama di timur alun-alun. Pagi sebelum kirab para umat mendahuluinya dengan sembahyang kebesaran di klenteng yang dibangun pada tahun 1864.
Bersama-sama mereka melakukan pai (sembah) dan pembacaan mantra suci berisi puji syukur dan tolak bala. Lalu sejumlah warga mengusung dua tabut berisi patung Dewa Bumi berlari keluar dari dalam klenteng menuju halaman bangunan klenteng.
Beberapa orang lainnya terlihat menaburkan berbagai bunga dan uang logam di jalan-jalan yang dilalui peserta kirab. Sontak beberapa umat yang mengikuti kirab berebut mengambil uang tersebut. Puluhan warga keturunan Tionghoa membawa kain berwarna-warni menari-nari di sepanjang jalan prosesi. Sebagai pembuka diwarnai pelepasan balon dengan kain pita bertuliskan “HUT Konco Hok Tek Tjing Sin, Ruwat Bumi Jut Bio” yang dilakukan tokoh warga Tionghoa Kota Magelang, Lim Wan King atau David Hermanjaya.
“Berbagai bencana yang menimpa menjadi keprihatinan seluruh masyarakat. Untuk itu sikap manusia terhadap bumi perlu dilihat ulang, mengingat selama ini eksploitasi terhadap bumi hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat,” ungkap David yang merupakan Ketua Paguyuban Umat Beriman Magelang.
Bagi umat Tri Dharma, Dewa Hok Tek Cing Sin yang kebanyakan orang menyebut Tao Pek Kong merupakan sosok dewa yang diyakini dapat memberikan kemakmuran, kesejahteraan, kerukunan bagi umat manusia. Sehingga dewa inilah yang paling banyak dipuja oleh umat Tri Dharma.
"Secara khusus pada tahun ini kirab dewa bumi sebagai bagian permohonan doa agar bangsa kita segera terbebas dari berbagai bencana dan masyarakat hidup sejahtera," kata Ketua Panitia Kirab Ardiyanto Rusli atau Lie Ren Sek.
Lebih dari itu, kirab ini juga ditujukan untuk meningkatkan tali persaudaraan antar umat Tri Dharma, serta lintas budaya dan agama pada umumnya. Juga untuk mensosialisasikan keberagamaan budaya Indonesia sehingga dapat senantiasa terpelihara kerukunan beragama, berbangsa dan bernegara.

Komentar

Postingan Populer