hari anak

SEJUMLAH anak tergesa mendekati dump truk pengangkut sampah milik Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kimprasda Kebumen yang berhenti di TPA Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Sabtu (30/6).

Berbekal keranjang sampah mereka memilah satu persatu plastik dan kertas yang telah bercampur kotoran berbau busuk itu. Adalah Andri (13), Riki (12), Tato (12) dan Yudi (12) empat sekawan yang terpaksa menghabiskan masa liburannya di tempat yang penuh dengan kotoran itu.

Saat teman-teman sebayanya mengisi liburan dengan bermain maupun kursus mereka bergelut dengan bau busuk yang menyengat. Di antara kotoran itu, tanpa alas kaki dan masker anak-anak di Dusun Kraminan itu tanpa takut terkena penyakit, dengan susah payah memenuhi keranjang mereka dengan plastik dan kertas yang mereka dapatkan.

Setelah mendapatkan banyak, plastik dan kertas tersebut mereka jual kepada pengepul. Mereka mendapatkan Rp 300 untuk setiap 1 kg kertas yang mereka dapatkan. Sedangkan untuk jenis plastik mereka lebih banyak mendapatkan uang yakni Rp 700/kg. "Kalau pas liburan, sehari bisa dapat dua keranjang. Tapi kalau pas sekolah rata-rata hanya bisa satu keranjang," ujar Andri, salah satu pemulung yang baru lulus SD Kaligending.

Pada musim liburan, mereka mulai memungut sampah sejak pagi, sekitar pukul 07.00. Bahkan ketika para pemulung dewasa belum mulai beroperasi, mereka sudah berada di TPA tersebut. Mereka pulang untuk makan siang lalu kembali lagi untuk memenuhi keranjang hingga matahari mulai tenggelam. "Sehari kadang dapat Rp 20.000 sampai Rp 25.000," ujar Andri yang sudah menjadi pemulung sejak kelas 3 SD.

Sedangkan jika tidak liburan mereka hanya mencari sampah seusai pulang sekolah hingga sore hari. Meskipun uang yang didapat tidak banyak, mereka mengaku senang mencari sampah. Sebab itu dapat membantu meringankan beban orang tua mereka yang pada umunya dengan tingkat perekonomian yang terbatas. "Dikumpulkan, Mas. Untuk membeli buku sekolah, juga buat jajan," ujar Riki pemulung anak yang beru Kelas V SD itu.

Meski orang tuanya bukan seorang pemulung, Riki tidak pernah dilarang ketika ke TPA untuk mencari sampah. Dia juga senang dan tidak menyesal tidak bisa bermain dengan teman-teman sebayanya. Setidaknya di TPA seluas 1,5 hektare itu, terdapat sekitar 10 pemulung yang masih berusia anak-anak. Mereka berusaha berebut sampah dengan pemulung dewasa yang lebih kuat tenaganya. "Selain untuk beli buku, ya buat nambahi bayar sekolah," tambah Andri yang bercita-cita melanjutkan sekolah ke SMP Karangsambung yang letaknya tidak jauh dari sekolahnya dulu.

Meski dengan biaya terbatas ia ingin sekali tamat SMP. Ketika melanjutkan SMP nanti, ia masih tetap memungut sampah untuk biaya sekolah. Saat diterima di SMP nanti, ia mengaku akan rajin belajar tidak seperti waktu SD. Dengan hasil dari memungut sampah itu, akan ditabung untuk membeli buku pelajaran sekolah.

Komentar

Postingan Populer