kuda kepang

TIDAK perlu membayangkan berapa besar orang yang akan memainkan kuda kepang buatan Mulyanto (29) warga Dusun Kendirogo Desa Karangkemiri Kecamatan Karanganyar Kebumen. Sebab tidak akan ada orang yang bisa menunggangi kuda kepang raksasa dengan panjang 16 meter dan tinggi 10 meter itu.

Untuk membuatnya saja, kuda kepang yang diyakini pembuatanya sebagai kuda kepang terbesar di Indonesia bahkan dunia itu menghabiskan sebanyak 200 batang bambu.
Dibantu sejumlah pemuda di dusunnya, pada 14 Februari lalu pria yang sehari-hari menjadi perajin kuda kepang itu mulai mengerjakan obsesisnya; memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Kendati dengan dana terbatas yang di dapat dari swadaya dan bantuan masyarakat setempat, akhirnya bulan Juni lalu ia dapat merampungkan pekerjaannya. Sekitar Rp 6 juta habis untuk menggarap kuda kepang itu. Angka itu memang tidak berlebihan, karena untuk memberi warna kuda kepang itu, menghabiskan sebanyak 50 kg cat minyak.

Lalu pada 13 Juni lalu, saking besarnya, untuk mendirikan kuda kepang rakasa itu harus dengan bantutuan sekitar 50 warga setempat. Proses mendirikannya pun diwarnai dengan selamatan yang dihadiri dari pemerintah desa dan kecamatan. Kuda kepang itu hingga kini masih berdiri kokoh di pinggir jalan. Belum diresmikan karena terbentur biaya. "Tujuan utama membuat kuda kepang raksasa ini adalah untuk nguri-nguri kesenian Jawa yang hampir hilang," ujar Mulyanto didampingi Saring (30) salah satu warga yang ikut membantunya, Jumat (6/7) kemarin.

Sejujurnya, jika ada kesempatan Mulyanto ingin mendaftarkan karyannya itu ke MURI. Karena dilihat dari ukuran kuda kepang tersebut sudah mengalahkan pemagang rekor MURI yang berukuran 13x6 meter yang pegang pada gelar budaya Wonorejo, Banjarnegara 2004. Namun niatan ayah dua anak yang sudah empat tahun menekuni usaha kuda kepang itu menjadi jauh karena ketiadaan dana. Bahkan kapan peresmiannya saja belum bisa dipastikanm, karena lagi-lagi terganjal uang. Ia pun berharap ada yang peduli dengan itu semua.

Kecintaan Mulyanto pada kuda kepang memang cukup mendalam. Selain sebagai perajin, dia juga aktif dalam grup kesenian tradisional kuda kepang 'Sudi Waluyo' di desa itu. "Sayangnya di sekitar sini tidak ada lokasi wisata, sehingga tidak banyak dilihat orang. Namun paling tidak, kuda kepang itu menjadi ikon Desa Karangkemiri, menandai belum punahnya kesenian tardisional," tegasnya.

Komentar

Postingan Populer