seniman kecil

BARONGAN berlarian di antara para prajurit, setelah anak panah yang melesat dari busur seorang pengeran mengenai tubuhnya. Terkena anak panah itu sang barongan tidak serta merta dibunuh, melainkan dibiarkan melarikan diri dari hutan yang akan dibangun kerajaan.

Alur cerita itu adalah akhir dari fragmen yang dipentaskan grup kesenian Kuda Kepang Roso Jati Birowo pada pembukaan Tri Lomba Juang Tingkat Jateng 2007, di Bumi Perkemahan Widoro, Karangsambung, Kebumen, belum lama ini. Diiringi musik senderhana, pentas yang dimainkan grup kesenian dari Desa Kejawang Rt I/II Kecamatan Sruweng itu cukup membuat peserta maupun tamu undangan di mimbar utama berdecak kagum.

Terlepas dari itu semua, kisah perang pangeran melawan barongan sebagai simbol sesuatu keburukan itu tidak harus matikan. Melainkan cukup dipindahkan ke suatu tempat yang tidak mengganggu manusia. Itu adalah cerminan kasih sayang manusia dengan makhluk hidup lainnya. "Itu terlihat ketika Barongan dipanah pangeran, tidak jatuh mati, melainkan pergi menyingkir," ujar Darsono (52) pimpinan kelompok kesenian itu bertutur makna fragmen yang dipentaskan.

Setidaknya begitulah makna kasih sayang yang ingin ditunjukkan dari pentas grup kesenian tradisional di bawah pimpinan seniman yang juga pemilik pembuatan gamelan. Dalam pentas yang dipersiapkan selama empat hari itu juga diselipkan sebuah ritual. Tujuannya untuk kelancaran acara dan menjauhkan dari sengkala atau aura kejahatan. "Barongan simbol sengkolo yang ada di sekitar lokasi ini dipindahkan agar tidak mengganggu selama acara berlangsung," ujarnya.

Memang, dalam kancah kesenian di Kebumen, grup kesenian itu adalah cukup dikenal. Berdiri tahun 1982 sejumlah pentas di luar daerah sudah sering dilakukan. Di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, grup ini setidaknya sudah pentas sebanyak 12 kali.

Tidak tentu berapa orang yang dilibatkan dalam setiap pentas. Bisa sedikit sekitar 20 orang namun bisa sampai 200 orang. Itu tergantung besar kecil event yang akan dimeriahkan. Pada pentas hari itu misalnya, selain para pemain dewasa, anak-anak juga turut dilibatkan menjadi pemain kuda kepang.

"Khusus anak usai sekolah ini ikut pada waktu mereka liburan saja. Selain untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang positif, mereka juga mendapatkan penghasilan dari setiap pentas yang diikuti," katanya.

Met baca aa cuppu !!!!

Komentar

Postingan Populer