Terapi Lintah

Proses terapi sedot lintah. Foto Ondo Supriyanto
LINTAH (hirudo medicinalis) bagi sebagian orang merupakan binatang yang menjijikkan. Selain bentuknya yang nggilani, binatang sejenis cacing yang hidup ditempat lembab itu dihindari karena sifatnya yang parasit; menghisap darah untuk memperoleh makanan. 
Namun di tangan Ahmad Sugeng (35), lintah bisa bermanfaat bagi banyak orang. Warga RT 02 RW 02 Desa Kawedusan, Kebumen tersebut memanfaatkan binatang yang banyak dijumpai di hutan hujan tropis itu sebagai salah metode pengobatan alternatif. 
Caranya, lintah ditempelkan pada kulit yang sakit dan menghisap darah kotor pada tubuh manusia.
Sebelumnya ia memberikan sejenis cairan tertentu yang menjadi perangsang intah menyedot darah kotor pada bagian tubuh yang diinginkan. 
"Adapun darah yang diambil juga sesuai susunan saraf penyakit yang diderita," ujar Ahmad Sugeng saat ditemui Suara Merdeka di rumahnya di sebelah balai Desa Kawedusan, Rabu (27/2). 
Bukan sembarang lintah yang digunakannya. Hanya jenis lintah purba yang dipakai dalam praktik pengobatan. Sebab lintah jenis itu tidak mengandung racun. Awalnya ia hanya memiliki 10 lintah, namun bertahun-tahun membudidayakannya, saat ini ia memiliki sebanyak 2.000 ekor lintah. Sejak 1991, bapak dua anak itu mengembangkan metode sedot lintah untuk pengobatan alternatif. 
Namun secara luas, metode itu baru populer pada 2006. Sebelumnya pria yang sehari-hari bekerja di sebuah lembaga pembiayaan itu hanya terbatas untuk mengobati keluarga maupun tetangga yang membutuhkan. Berawal dari gethok tular, banyak orang yang datang berobat. Bukan hanya dari Kebumen, warga dari Sumatera seperti Lampung pun datang berobat. Warga yang datang untuk "disedot" pun datang dari berbagai kalangan. Mulai dari orang biasa hingga pejabat pernah merasakan sedotan itu. Tidak sedikit pula orang kesehatan yang berobat dengan metode sedot lintah. 
Ia pun bersyukur, sebagian besar yang datang berhasil disebuhkan. Dari mulai kanker, asam urat, cidera otot (otot terjepit), sakit kepala sebelah, migrain, bisul, stroke, ginjal, kolesterol, sakit gigi hingga insomnia pernah sembuh dengan metode pengobatan itu. Untuk sekali pengobatan paling tidak dibutuhkan satu hingga 10 lintah. Banyak dan sedikit jumlah lintah sesuai dengan penyakit yang diobati. Semakin berat penyakit yang diderita semakin banyak pula lintah yang dibutuhkan. "Yang penting pasien telaten," imbuhnya mengaku melayani pasien mulai pukul 13.00-17.00. 
Fatah (28) salah seorang yang membuktikan metode tersebut. Warga Desa Tanuraksan Kebumen itu lama menderita insomnia alas gangguan tidak bisa tidur setiap malam. Memperoleh informasi, ia mencoba metode sedot lintah. Manjur, setelah bagian telapak kakinya disedot lintah, ia merasa lebih enak. Bahkan ia sempat terlelap selama satu jam setelah selesai pengobatan. 
"Sekarang pukul 22.00 saya sudah bisa tidur," ungkapnya sembari menunjukkan telapak kaki yang bekas hisapan lintah. 
Pasangan suami istri Solihin (45) dan Lasiyem (40) warga Kawedusan juga berulangkali menjalani terapi sedot lintah. Lasiem pernah mengalami gejala stroke, dan ia bersyukur bisa sembuh tanpa pengobatan di rumah sakit. Begitu juga Solihin semakin yakin karena berbagai keluhan yang ia alami sembuh setelah menjalani terapi tersebut. Warsono (61) bapak Sugeng, menceritakan, pernah seorang menderita kanker stadium tinggi yang datang berobat. Ia mengaku sudah divonis dokter tidak bisa sebuh dan umurnya tinggal 15 hari. 
"Namun atas ijin Allah, dengan pengobatan yang rutin, pasien itu bisa kembali sehat," ujar pansiunan guru SDN Kutosari 4 itu. Pernah ada kejadian menarik, kata dia. Suatu hari, seorang pasien datang sudah dalam kondisi sangat parah. Anehnya, saat diobati, tak satu pun lintah mau menghisap darahnya. Berulang kali dicoba, namun tidak bisa hingga pasien itu pulang. 
"Keesokan harinya ada kabar orang tersebut meninggal," ujar Warsono menyebutkan sebagian besar pasien yang datang sudah berobat terlebih dulu ke dokter. Selain khasiatnya, pengobatan alternatif diminati karena murah biayanya. 
Di tengah tingginya harga layanan kesehatan, pengobatan alternatif benar-benar bisa menjadi jalan lain. Lihat saja, suami Wardani (30) pagawai bagian gizi Puskesmas Alian itu hanya mematok tarif seikhlasnya untuk para pasiennya. Ada yang memberi Rp 10.000, Rp 20.000, sampai Rp 100.000. Bahkan saat ada yang membawa hasil kebun seperti buah pisang atau sayur-sayuran kacang panjang saat berobat tidak mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan. 
"Intinya pengobatan ini adalah untuk sosial," ujar anak kedua dari lima bersaudara itu menyebutkan rata-rata menerima 10 pasien tiap harinya.***

Komentar

  1. Artikel yang menarik.
    Jika anda membutuhkan suplai lintah dalam partay besar, kami dari eNHa Farm sanggup menyediakan suplai s/d 5000 ekor per-minggu. Harga kompetitif.

    Hub. kami di (021) 97655556 an Midin Muhidin

    BalasHapus
  2. Terapi Lintah Nusantara
    Praktek Sabtu - Minggu jam 0900 - 1700
    www.terapilintah.org
    Hub kami di 0815 8282 919

    BalasHapus
  3. Lintah yg dipakai bekas org / pasien lainnya. tidak sekali pakai. Apakah ini aman dan tdk menularin ?

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini

Postingan Populer