Mbah Masinah

MELIHAT semangatnya, sulit dipercaya jika Siti Masinah (75) sudah lanjut usia. Warga Desa Ampih RT 4 RW 3 Kecamatan Buluspesantren, Kebumen itu tampak masih lebih muda jika dibandingkan dengan perempuan lain seumuran dirinya. Meski, tidak bisa dipungkiri gerutan wajahnya menandai bahwa ia sudah lama merasakan pahit getir kehidupan dunia.

Ya, istri Soewarno (81) seorang pansiunan pelaut itu adalah mantan atlet gerak jalan yang pernah menjadi kebanggan. Namun, kendati asli Kebumen, dalam kariernya keatletannya, ia lebih banyak membela Provinsi Yogyakarta ketimbang tanah kelahirannya. Selama 11 tahun ia pernah menggawangi Persatuan Gerak Jalan Mataram Yogyakarta.


Berbagai event tingkat nasional dan internasional telah banyak ia ikuti. Di antaranya yang cukup prestesius adalah pada gerak jalan Bogor-Jakarta tingkat Asia, kelompoknya bisa meraih juara ke-2. Atas prestasinya itu, ia disambut secara khusus oleh dari Sultan Hamengku Buwono IX.

Kini, ibu delapan anak itu sudah tidak lagi terjun di dunia olahraga. Namun ia masih menyempatkan waktu untuk berolahraga. Jangan heran jika barangkali ada seorang nenek-nenek senam aerobik di depan rumahnya, mungkin itu adalah Mbah Masinah, begitu ia sering dipanggil di kampungnya. Memang selama dua kali seminggu ia masih menjalankan rutinitas itu. Selain itu, ia juga masih membiasakan berjalan kaki.

Dalam menjalankan aktivitasnya, perempuan yang kini aktif dalam pengobatan herbal itu pun lebih senang menggunakan sepeda daripada diantarkan dengan kendaraan bermotor. Ia mau diboncengkan dengan motor jika, memang jaraknya cukup jauh hingga tidak dijangkau dengan sepeda. "Bersepeda membuat saya lebih sehat dan mengeluarkan keringat," begitu dengan singkat ia menuturkan alasannya.

Maka jangan heran jika saat bersepeda genjotan kakinya masih seperti anak muda. Meski sudah lansia, tenaga Mbah Masinah, masih seperti anak remaja. Lihat saja, saat diundang pada pembukaan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) se-eks distrik Kutowinangun, di SD Negeri Bocor Buluspesantren, Mbah Masinah datang dengan mengendarai sepada onthel dari rumahnya di Desa Ampih.


"Saya lebih senang naik sepeda. Lebih santai," ujar Mbah Masinah dalam sebuah perbincangan ringan.


Berkat rajin berolahraga, ia mengakui hasilnya dinikmati hingga usianya sekarang ini. Sejak masih belum menikah hingga memiliki 20 cucu dan tiga cicit ia belum pernah mondok ke rumah sakit karena penyakit. Dengan kondisinya yang masih tetap bugar di usia senjanya itu, ia bersyukur kepada Tuhan. Perasaan syukur itu ia wujudkan dengan terus menjaga kesehatan dan rajin berolahraga.


Meski tak selamanya hidup bisa dilalui dengan mulus, ia bersyukur bisa berhasil membesarkan delapan anaknya. Jangan salah, ia pernah menjadi seorang satpam untuk membantu perekonomian keluarga. Di lingkungan keluarganya, ia bisa dikatakan berhasil dalam mendidik anaknya. Meskipun pada usia senjanya ia harus berjauhan dengan anak-anaknya. Ia kini tinggal berdua dengan suaminya, sedangkan delapan anaknya semua sudah berkeluarga. Mayoritas mereka tinggal di luar kota. Yang terdekat menjadi pengajar salah satu SMA di Yogyakarta.


"Bersyukur masih bisa sering bertemu dengan mereka. Minggu ini saya juga akan ke Jogja karena salah satu cucu saya wisuda," katanya dengan mata berbinar.

Tidak berlebihan jika panitia Popda Se-Eks Distrik Kutowinangun memberikan pernghargaan khusus kepada mantan atlet tersebut. Pada kesempatan itu, Mbah Masinah pun didaulat berbagi pengalamannya kepada siswa-siswa SD. Meski tak ingat secara persis tahun berapa peristiwa itu, ia tetap bersemangat menyebutkan sejumlah prestasi yang pernah ia raih. Kepalan tangan Mbah Masinah pun masih tampak kuat saat ia mengakhiri sambutan dengan berteriak lantang, "Salam olahraga!"

Komentar

Posting Komentar

terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini

Postingan Populer