Sate Jumbo

JIKA melintas di Jalan Raya Petanahan-Puring, Kebumen persisnya di Desa Krandegan terdapat sebuah warung sate dan gule kambing yang selalu dipadati pembeli. Warung itu ditandai dengan spanduk bertuliskan 'Sate dan Gule Kambing Pak Parilan' yang dipasang depan warung. Adapun banyaknya pengunjung dapat dilihat dari jumlah kendaraan bermotor yang diparkir di halaman samping warung.

Secara umum, tidak ada yang membedakan warung sate itu dengan warung sate lainnya. Misalnya, nama warung diambil dari nama sang empunya yakni Parilan. Saat masuk ke dalam, pun tidak ada yang menonjol, bahkan bisa dibilang cukup sederhana. Saat pesanan dihantarkan, baru ada yang cukup istimewa. Yakni ukuran sate yang relatif jumbo dari sate pada umumnya.
"Memang ukuran irisan daging kambing sate kami dipotong lebih besar, sehingga yang makan lebih puas," ujar Parilan, kemarin.

Benar. Menyantap satu porsi sate yang disajikan tanpa tujuk itu membuat puas. Bakaran yang sempurna barangkali membuat daging kambing matang dengan merata. Selain itu, daging yang berasal dari kambing muda yang masih segar juga menjadi faktor lezatnya sate di warung yang berdiri sejak tahun 1989.

"Selain muda dan segar saya juga memilih kambing yang gemuk," imbuhnya bapak tiga anak itu.
Nardi (34) warga Petanahan mengaku sebulan sekali ia makan sate di warung itu. Ia juga mengaku ketagihan dengan sate di warung itu. Namun, katanya, di warung itu tidak disediakan makanan pendamping yang bervariasi. "Hanya ada kerupuk dan peyek kacang," katanya.

Namun itu semua tidak mengurangi kepuasan menyantap sate dengan bumbu spesial itu. Warung yang buka mulai pukul 07.00-17.30 itu juga menyediakan berbagai minuman seperti kopi, es teh, susu, dan soda gembira.
"Selain sate, yang tidak kalang spesialnya adalah gule kambing dan ayam kampung bakar," ujarnya promosi.

Parilan menuturkan, dalam sehari ia bisa menghabiskan antara dua sampai empat ekor kambing. Dibantu beberapa karyawan, ia melayani pelanggan dengan sebaik mungkin. Soal harga, di warungnya juga terjangkau. Satu porsi sate Rp 11.000, jika pesan setengah porsi saja hanya Rp 6.000. Gule satu porsi Rp 5.000 dan ayam goreng Rp 7.000-Rp 8.000. Adapun nasi putih dihitung terpisah Rp 1.000.

Dia bersyukur dengan perkembangan warungnya. Meskipun sederhana namun bisa menjadi penyangga ekonomi keluarga. Ia masih ingat, saat masih merintis warungnya, dia juga menjajakan sate secara keliling. Namun seiring dengan banyaknya jumlah pembeli, tahun 1995 ia berhenti berjualan keliling. Sejak saat itu, ia total mengelola warungnya.
"Untuk itu saya berusaha sedapat mungkin menjaga kualitas daging yang menjadi bahan baku sate," tegasnya menyebutkan kualitas daging adalah yang utama bagi penjual sate.

Lebih dari itu, ia bersyukur berkat warung itu, ia mampu menyekolahkan ketiga anaknya. Dua di antaranya lulus perguruan tinggi, sudah berkeluarga dan memberikan dua orang cucu. Sedangkan yang terakhir masih kelas dua SMA.
"Sebenarnya saya ingin sekali membuka cabang lain. Tapi jika belum punya bangunan sendiri rasanya belum mantap," ujarnya.



Komentar

Postingan Populer