Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2008

Maftuh Fauzi

Gambar
TANGIS memecah keheningan di kediaman Hj Homimah di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo, Kabumen, Sabtu (26/6) pukul 01.30 saat jenazah Maftuh Fauzi (27) mahasiswa Universitas nasional (Unas) Jakarta tiba dari Jakarta. Kabar duka yang sebelumnya disiarkan layar kaca, kini benar-benar nyata menyelimuti keluarga di desa. Saat jenazah akan dimakamkan, kedua orang tua Maftuh, Muhammad Sahdi (57) dan Mumfatimah (54) tampak berusaha tegar. Namun mata yang berkaca-kaca itu akhirnya tumpah juga ke pipinya. Ia pun menangis meski tidak tak mengeluarkan suara. Selain keluarga, sejumlah rekan mahasiswa Maftuh dari Jakarta datang memberi penghormatan terakhir. Sebagian pun ikut histeris. Bahkan salah satu mahasiswi tak kuasa menahan tangis, saat perwakilan keluarga memberi sambutan pelepasan jenazah. Ia pun jatuh pingsan. Mahasiswi berkerudung hitam dan membawa sebuah kertas bergambar wajah Maftuh tersebut diketahui bernama Kastra. Ia mantan pacar Maftuh. Meski sudah tidak ada lagi hubungan, ...

ketoprak humor

Gambar
SENI tradisi bukan sekadar menjadi hiburan semata. Jika pertunjukan digelar secara terkonsep, selain menjadi suguhan menghibur, penoton juga mendapat tuntunan yang bermanfaat. Begitulah kesimpulan ketika menonton pertunjukan, Ketoprak "Pedati" (penurun darah tinggi) pimpinan pelawak Mamiek Prakoso (Srimulat) di lapangan Manunggal Gombong, Kebumen, Sabtu (14/6) malam. Selain Mamiek, ketoprak yang digelar Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) RI bekerja sama dengan Pemkab Kebumen itu dimeriahkan sejumlah pelawak tersohor, antara lain Tessy, Topan, dan Marwoto. Dengan menu canda khas pelawak Srimulat, mereka mampu menghadirkan tawa dalam "Kembang Karanganyar" yang dilakonkan. Ribuan masyarakat yang memadati lapangan itu pun dipaksa terpingkal karenanya. Sayangnya bumbu-bumbu saru masih saja memberi rasa canda selama pertunjukkan. Adapun pertunjukan ketoprak humor itu digelar dalam rangka sosialisasi informasi bidang perekonomian, khususnya sektor ketenaga...

Potret Kemiskinan

Gambar
JIKA disuruh memilih, Mbah Lasinem (80) tentu ingin tinggal di rumah mewah yang dilengkapi fasilitas di dalamnya. Sayangnya, warga Dusun Larangan Desa Clapar Kecamatan Karanggayam, Kebumen, itu tidak punya pilihan lain. Kemiskinan yang menjeratnya, memaksa ia tinggal di sebuah rumah reyot di RT 7 RW 2 yang layak disebut gubuk. Ya, sejak lahir, Mbah Lasinem telah menghuni rumah warisan orang tuanya. Hingga tahun ini, 80 tahun sudah ia mengisi hari-harinya di rumah berlantai tanah dan berdinding bambu. Ia tak sendirian, Tarsih (40) anak perempuan dan kelima orang cucunya menemani. Memprihatinkan memang, sejak puluhan tahun dihuni, rumah yang hanya memiliki dua ruangan itu juga tanpa dilengkapi fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Buang air besar satu keluarga pun dilakukan di sungai. Padahal, pada musim kemarau seperti ini air sungai yang berada sekitar 200 meter dari rumah tersebut juga digunakan untuk keperluan sehari-hari. Mbah, Lasiem sudah lama ditinggal suaminya. Berapa tahun, ia ...

masa kecil

Gambar
Anda yang lahir dan dibesarkan di pedesaan tentu teringat waktu masih duduk di bangku sekolah dasar ketika nonton program Si Bolang yang disiarkan Trans7 setiap pukul 12.00. Ingatan akan segera menuju masa silam di wilayah pedesaan yang belum tersentuh aliran istrik dan teman-teman masa kecil dulu. Usai mengaji ramai-ramai bermain di halaman surau kecil. Apalagi saat datang malam purnama, kemeriahan itu benar-benar hadir. Anak-anak bermain grobak sodor, petak umpet, dan kejar -kejaran, sementara orang tua berkumpul saling bergurau. Baru saat malam semakin larut, anak-anak akan pulang ke rumah untuk kemudian besok pergi sekolah. Saat pulang sekolah, anak-anak kembali bermain. Mandi di kali, mencari ikan, berburu kupu-kupu, belalang, dan burung-burung. Maklum, hiburan seperti televisi maupun layar tancap sangat jarang digelar. Televisi masih menjadi barang langka. Hanya orang tertentu yang memilikinya. Itu pun dengan hitam putih yang dihidupkan dengan accumulator, dan menangkap siaran de...

rustriningsih

Gambar
KESEDIAAN dicalonkan menjadi wakil gubernur Jateng oleh PDI Perjuangan mendampingi H Bibit Waluyo bukan diterima Dra Hj Rustriningsih MSi, tanpa alasan. Ada dorongan dalam pikirannya, sudah waktunya ia berbuat banyak dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi. Sejak awal, ia bertekad bukan hanya membawa perubahan pada masyarakat di Kebumen, yang selama delapan tahun ia pimpin. Melalui jabatan politis sebagai wakil gubernur, Rustri yakin dirinya akan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mewujudkan tekadnya itu. "Posisi wakil gurbenur, cukup strategis untuk bisa berperan mengatasi persoalan di banyak daerah," kata Rustriningsih dalam sebuah wawancara baru-baru ini. Menurut politisi kelahiran Kebumen, 3 Juli 1967, banyak persoalan yang harus diselesaikan antar daerah. Dalam sektor kesehatan misalnya, penyebaran penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) tidak bisa diselesaikan oleh satu kabupaten saja. Termasuk masalah-masalah yang muncul di perbatasan wilayah, diperlukan kerja...

gizi buruk

Gambar
SITI Khotibah (40) mencoba menenangkan anaknya yang menangis. Meski duduk di sampingnya, suaminya Sodiri (59) tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa diperbuat hanya mengambilkan botol susu, yang masih terisi separo. Tangis bayi itu pun berhenti saat puting botol menutup mulutnya. Sulit dipercaya jika, bayi yang diberi nama Nurul Surani Istiqomah itu sudah berumur 5 bulan. Ya, saat terakhir ditimbang di puskesmas setempat, bobot bocah itu hanya 1,8 kilogram. Sangat ringan untuk ukuran bayi seumuran dia. Sejak lahir bayi malang itu tidak mengalami pertumbuhan yang berarti. Bayangkan, lahir dengan bobot 1,3 kilogram, dengan demikian selama lima bulan bobot bocah itu hanya meningkat 0,5 kilogram saja. Meski kedua orang tuanya mengaku anak ke-13 itu sehat, namun kondisi Nurul cukup memprihatinkan. Barangkali, akibat asupan gizi yang rendah membuat tubuh Nurul semakin hari semakin kurus. Kulitnya juga mulai mengkerut, termasuk jari-jari dan matanya yang terlihat cekung. Bocah malang itu juga...

rakyat kecil

Gambar
DALAM setiap pemilu rakyat kecil selalu menjadi rebutan elit politik. Kemiskinan mereka selalu saja dijual untuk mengumbar janji dan obral visi misi. Tapi setelah pemilihan itu selesai digelar, dan pemenang telah ditetapkan, saya tak percaya mereka bakal ingat apa yang pernah dikata. Bahkan sampai hari ini, saya tak pernah percaya dengan pemerintah. Rakyat dalam proses demokrasi di negeri ini diibaratkan seperti biting yang dibuang setelah digunakan. Dikunjungi sebelum pencoblosan, diberi sembako, uang, dan janji-janji. Setelah perhelatann itu selesai, rakyat kecil kembali pada kodratnya; menjadi orang tertindas, dibuang dan tersingkirkan. Mbah Karmilah (70) adalah salah satunya. Sejak umur 17 tahun ia sudah nyoblos pemilu. Entah sudah berapa kali, ia tak pernah menghitungnya. Janji yang disampaikan setiap calon selalu sama. Akan menyejahterakan rakyat kecil seperti dirinya. Tapi sejak itu pula hingga ia sudah beranak pinak dan memiliki sejumlah cucu, janji itu tak pernah terwujud. I...