ketoprak humor

SENI tradisi bukan sekadar menjadi hiburan semata. Jika pertunjukan digelar secara terkonsep, selain menjadi suguhan menghibur, penoton juga mendapat tuntunan yang bermanfaat. Begitulah kesimpulan ketika menonton pertunjukan, Ketoprak "Pedati" (penurun darah tinggi) pimpinan pelawak Mamiek Prakoso (Srimulat) di lapangan Manunggal Gombong, Kebumen, Sabtu (14/6) malam.

Selain Mamiek, ketoprak yang digelar Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) RI bekerja sama dengan Pemkab Kebumen itu dimeriahkan sejumlah pelawak tersohor, antara lain Tessy, Topan, dan Marwoto. Dengan menu canda khas pelawak Srimulat, mereka mampu menghadirkan tawa dalam "Kembang Karanganyar" yang dilakonkan. Ribuan masyarakat yang memadati lapangan itu pun dipaksa terpingkal karenanya. Sayangnya bumbu-bumbu saru masih saja memberi rasa canda selama pertunjukkan.

Adapun pertunjukan ketoprak humor itu digelar dalam rangka sosialisasi informasi bidang perekonomian, khususnya sektor ketenagakerjaan. "Pada intinya melalui pertunjukkan ketroprak itu untuk melakukan sosialisasi peningkatan martabat Tenaga Kerja Indonesia (TKI)," ujar Kepala Badan Informasi Publik Depkominfo Dr Suprawoto SH MSi.

Pada tahun ini Dekominfo memilih dua kabupaten di Jateng, untuk dijadikan lokasi sosialisasi tersebut yakni Kebumen dan Purworejo. Adapun tema yang diangkat berkait dengan semangat kebangkitan nasional dan peningkatan TKI yang bermartabat. Di sela-sela pertunjukan juga diadakan dialog dengan Kepala Badan Pengiriman dan Perlindungan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Muh Jumhur Hidayat.

Pergelaran seni tersebut, ujar Plt Bupati Kebumen KH M Nashiruddin Al Manshur digelar Depkominfo di Kebumen untuk kedua kalinya. Sebelumnya, pergelaran wayang kulit dengan tema penyuluhan perdagangan manusia (trafficking) dengan menghadirkan dalang Ki Warseno Slenk juga digelar di Alun-alun Kebumen, beberapa waktu lalu.

Adapun lakon "Kembang Karanganyar" dimainkan dalam empat babak. Kisah ini bercerita tentang Demang Rojojampi (Mamik Prakoso), yang sangat percaya dengan sesuatu yang berbau mistis, magis tepatnya klenik. Suatu ketika ia mendapat wangsit melalui mimpinya, kalau anak yang saat ini dikandung istrinya nanti seorang anak laki-laki, ia bakal mengangkat derajat dan martabatnya. Sebaliknya, jika anak perempuan yang dilahirkan akan mempermalukan dirinya.

Ternyata istri Ki Demang melahirkan seorang anak perempuan. Mendengar kabar tersebut, demang memerintahkan pada pembantunya Jalu (Gegok SKar) untuk membuang bayi tersebut. Akhirnya, bayi mungil perempuan itu dibuang. Adegan-adegan selanjutnya dimeriahkan munculnya Madurekso (topan) yang ingin jadi TKI, Abdi (tessy) yang menjadi trobel maker.

Waktu berganti bayi mungil itu tumbuh besar dan menjelma menjadi gadis yang sempurna; Rr Jemani namanya (Wulan). Selain cantik ia juga disukai pinter mencari duit yakni dengan menjadi penari lengger. Pak reko (Marwoto) dan Mbok Reko (Ciblek) yang mengasuh sejak kecil dibikin bangga karenanya.

Kecantikan Rr Jemani itu sampai juga kepada Demang Ragajampi. Setelah tahu status si penari lengger itu, ia berniat mempersunting menjadi Nyai Demang menggantikan istrinya yang meninggal saat melahirkan. Beruntung saat akan mengambil keputusan, Jalu Jati datang untuk mencegah agar majikannya itu mengurungkan niatnya. Ia menjelaskan bahwa lengger Karanganyar tak lain adalah putrinya sendiri yang dulu dibuang.

Komentar

Postingan Populer