Pendulang Emas

MATAHARI hampir tepat berada di atas garis kepala. Namun Mbah Tursinah (50) masih saja serius menggoyang-goyang dulang yang dipenuhi pasir di sungai Luk Ulo tepatnya di Dusun Jurangjero Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang Kebumen, kemarin. Konsentrasi dalam pekerjaan itu membuat dia tak lagi hirau akan panasnya sinar matahari musim kemarau.

Dengan sabar perempuan paruh baya itu memisahkan batuan kerikil dan pasir dari dulang. Terus ia melakukannya sampai tersisa pasir halus berwarna hitam kelam. Saat itulah dia berharap di antara butiran pasir itu akan dia jumpai bijih emas.

Ya, perempuan tengah baya itu tidak sendirian. Masih banyak pendulang emas yang mencari keberuntungan di sungai Luk Ulo. Selama puluhan tahun mereKa menggeluti profesi itu terutama pada musim kemarau. Yakni ketika aliran sungai tidak lagi deras. Saat air sungai meluap, mereka pun kembali menekuni ladang dan sawah pertanian.

Selain terkenal dengan pasir dan batuan alamnya, Sungai Luk Ulo memang menyimpan kekayaan alam berupa butiran emas murni. Jika beruntung seorang pendulang dapat membawa pulang butiran emas dalam jumlah yang banyak. "Kalau mendapat butiran emas lumayan besar saya bisa berhenti kerja sebulan mencari emas,” ujar Mbah Tursinah sembari tersenyum.

Namun demikian, tidak setiap hari keberuntungan itu selalu ada. Sebab, tidak jarang bekerja berhari-hari tidak ada satupun ia mereka dapat. Keuletan, ketelitian dan kesabaran menjadi hal yang mutlak dimiliki para pendulang emas. Sebagian besar, pekerjaan itu memang dialkoni para perempuan dan anak-anak. Sementara para laki-laki bertani atau menjalani pekerjaan lain. Semua itu, mereka lakukan untuk membantu menjaga dapur tetap menyala.

Suwarti (32) pendulang emas lain mengaku, seminggu biasanya ia mendapat butiran emas antara 100-200 milligram. Setelah terkumpul, butiran emas itu dijual ke toko mas yang ada diwilayah Sadang. Namun oleh pedagang emas, biasanya dibeli dengan harga di bawah harga pasar." Sekitar Rp 180.000 tiap gramnya," ujar ibu dua anak itu sembari menambahkan dalam sebulan mendapat penghasilan antara Rp 100.000- Rp 150.000.

Profesi pendulang emas tidak dapat dijadikan patokan profesi yang diandalkan. Pasalnya, selain bergantung keberuntungan, juga karena butiran emas yang diburu pasti menyusut. Begitu yang dirasakan Yati (25) ibu tiga anak yang sejak kecil sudah menari emas di sunga itu. "Dulu banyak sekali sampai berjumlah ratusan,” katanya menyebutkan saat ini pencari emas di sungai itu tinggal puluhan saja.

Proses pendulang emas dilakukan secara tradisional. Dimulai dengan menggali pasir di tepian sungai. Kemudian pasir yang berada di sela-sela batuan itu diangkat dan diletakkan pada sebuah penampang yang terbuat dari kayu. Butiran yang mengandung bijih emas itu biasanya menempel di bagian bawah dulang. Setelah diambil, butiran emas itu dibawa ke tempat yang sudah disiapkan dan dicampur dengan sedikit air raksa.***

Komentar

  1. Ngapunten Om dalem numpang Lewan and lam knal nggih..kesuwun...
    Blog e..uapik...

    BalasHapus
  2. Mas ana batuan sing Ngandung logam mulia ora,ak tak ngolah

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini

Postingan Populer