Kelamin Ganda Damas Dwi Andika

DAMAS Dwi Andika (2,5) tampak riang saat bermain gambar-gambaran dengan kakaknya Aditya Fisga (5,5) serta beberapa bocah laki-laki lainnya di serambi rumah nenek buyutnya di Dusun Krajan RT 02 RW 03 Desa Kalirejo Kecamatan/Kabupaten Kebumen, Sabtu (16/5). Sebagaimana lazimnya anak-anak di usai yang lucu-lucunya, permainan mereka dibumbui dengan gelak tawa.

Sekilas tidak ada yang membedakan antara Damas dengan bocah-laki-laki lainnya. Dari pakaian yang dikenakan, tingkah polahnya yang lincah serta cara bertuturnya mengesankan bahwa bocah itu adalah berjenis kelamin laki-laki seutuhnya. Bahkan dalam akta kelahiran yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kebumen, bocah kelahiran 29 September 2006 itu tertulis jenis kelamin laki-laki.

Namun siapa sangka jika anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami istri Ari Lukito (33) dan Maryatun (30) itu memiliki kelamin ganda (ambiguous genitalia). Pada awalnya orangtua bingung bagaimana memperlakukannya, apakah seperti anak perempuan atau laki-laki. Namun karena berbagai masukan, akhirnya bocah itu diperlakukan sebagai anak laki-laki.

Meskipun demikian, hingga kini, orang tunya masih ragu terhadap jenis kelamin anaknya yang sebenarnya. Ya, bocah yang terlihat cukup cerdas itu memiliki batang penis yang kecil sebesar buah mlinjo tanpa dilengkapi dengan testis. Namun anehnya di bagian bawah kemaluan tersebut terdapat sebuah lubang kecil berbentuk sayatan mirip lubang vegina pada seorang perempuan. Dari lubang itulah Damas melakukan aktivitas buang air kecilnya.

Kondisi tersebut, menurut Maryatun sudah diketahui sejak lahir yakni dari seorang bidang yang membantu persalinannya. Sebenarnya dia ingin sekali segera memeriksakan anaknya agar segera dilakukan penanganan. Namun karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, ia dan suaminya belum juga memeriksakan anaknya ke dokter maupun rumah sakit.

"Sebenarnya kami ingin segera memeriksakan ke dokter biar tahu janis kelamin anak saya sebenarnya. Sehingga kami tidak salah mengasuhnya," ujar Maryatun saat ditemui di rumah neneknya.

Maryatun mengaku sedih saat melihat anaknya mulai tumbuh besar. Bagaimana tidak, anaknya sudah mulai mempertanyakan terhadap kelainan yang ada pada dirinya. Dia pun hanya bisa tercekat saat anaknya bertanya mengapa punya dia berbeda dengan punya kakak dan teman-temannya.

"Saat mandi bareng sama kakaknya, Damas pernah bilang 'kok titit punya adek nggak sama ya?'. Saya sampai tidak menjawabnya," tutur Maryatun dengan mata berkaca-kaca.

Saat ini yang mereka lakukan adalah mencari informasi adanya pihak yang bisa membantu untuk melakukan operasi terhadap anaknya itu. Maklum dari informasi yang dia peroleh, biaya operasi yang harus dikeluarkan cukup besar. Maklum meski kondisi ekonomi keluarga masih kekurangan keluarganya tidak terdata dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

"Mudah-mudahan ada yang mau membantu untuk kesembuhan anak saya," harapnya.

Salah satu penyebab ambiguous genitalia menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen dokter H Dwi Budi Satrio MKes dikarenakan gangguan pada pertumbuhan sewaktu masih janin. Selain itu bisa juga dikarenakan faktor hormonal. Adapun penangannya terlebih dahulu harus dideteksi untuk mengetahui jenis kelamin yang sesungguhnya.

"Setelah itu baru dilakukan operasi sesuai dengan jenis kelaminnya tersebut," ujar dokter Budi Satrio seraya membenarkan perlu biasa besar mengingat operasi tidak cukup dilakukan hanya sekali.

Meski tidak merinci jumlahnya, dia menambakan, kasus balita dengan kelamin ganda bukan kali pertama terjadi di Kebumen. Menurut dia, upaya penanganan sebaiknya dilakukan tidak sampai menunggu anak menjadi besar. Diharapkan jika ternyata jenis kelamin anak sebenarnya berbeda dari sebelumnya, perlakukan anak bisa diubah.
"Kalau masih kecil perilaku anak masih mudah untuk dibentuk," tandasnya.***

Komentar

Postingan Populer