Langkah Politik Suratno

SEBAGAI seorang sopir angkutan pedesaan (angkudes), Suratno (36) terbiasa duduk seharian di kursi belakang kemudi. Namun warga Desa RT 01 RW 05 Dusun Watutumpang Desa/Kecamatan Karangsambung, itu tidak lama lagi harus membiasakan diri duduk di kursi empuk gedung dewan.

Ya, dalam Pemilu legislatif lalu, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir mini bus jurusan Karangsambung-Kebumen itu menjadi salah satu dari 50 calon anggota legislatif yang terpilih untuk duduk menjadi wakil rakyat. Pria kelahiran Kebumen 14 Pebruari 1973 itu mendaftarakan diri menjadi caleg melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan nomor urut 2 di daerah pemilihan (Dapil) 2 yang meliputi Karangsambung, Sadang, Alian, Poncowarno dan Kutowinangun. Meski pada pencontrengan 9 April lalu, ayah dua anak itu meraih suara 1.180 suara, namun dengan suara pas-pasan itu dia beruntung bisa melenggang ke kursi dewan.

"Alhamdulillah, saya telah diberi amanat untuk memperjuangkan nasip rakyat," katanya, baru-baru ini.

Di Dapil tersebut mendapat jatah delapan kursi DPRD. Sedangkan PKS mendapat alokasi satu kursi. Karena mendapat suara terbanyak di partainya maka pria yang selama 13 tahun yang berprofesi sebagai sopir itu berhak menjadi anggota DPRD Kebumen periode 2009-2014.

Suratno menyebutkan, dia mencalonkan diri sebagai caleg hanya bermodalkan niat ingin mengangkat kesejahteraan komunitas supir angkutan. Maka meski sebagai sopir angkutan dengan pendapatan Rp 30.000/hari, dia nekat memberanikan berkompetisi dengan para politisi berkantong tebal.

Namun begitu, dalam proses pencalonannya, suatu hari alumnus SMA Negeri 1 Kebumen tahun 1992 itu sempat ragu. Dengan modal yang cekak itu dia merasa psimistis. Bahkan suatu hari Suratno sempat melontarkan kepada istrinya Siti Safangah (32) niat akan mengundurkan diri dari pencalonan.

Begitu pula Siti Safangah juga mengaku sempat ragu dengan pencalonan suaminya terjun kedunia politik. Dia beralasan karena status ekonomi keluarga yang masih morat-marit membuatnya mereka berdua maju mundur untuk mencalonkan sebagai anggota legislatif. Namun saat mengemukakan niat itu kepada sesama caleg dari PKS bernama Mulyani yang merupakan nomor urut 1 di dapil 2. Namun Mulyani menyarankan agar Suratno tidak usah mengundurkan diri dan menjalani saja dengan lillahi ta'ala.

"Sejak saat itu saya bertekad melanjutkan pencalonan dengan mantap," kata bapak dari Kunti Nailal Muna (6) dan M Saldanlawi (4). Akhirnya uang sekitar Rp 20 juta yang berasal dari uang tabungan dan hasil penjualan perhiasan istri itu digunakan untuk modal kampanye salah satunya untuk membuat baliho, stiker, dan kaos. Sedangkan modal kampanye yang dia pilih adalah dengan melalui pertemuan-pertemuan yang digelar paguyuban.

"Meski saat ini belum begitu paham dengan dunia pemerintahan, saya akan berusaha memperjuangkan kesejahteraan rakyat termasuk awak angkutan desa," tandas pria yang juga menjadi guru ngaji TPQ di desanya.

Sementara itu, di mata teman-temannya, seperti disampaikan Yasir (50), Saring (38), dan Iwan (30), sutarno memiliki merupakan kepribadian yang baik dan sopan serta tampil apa adanya. Banyak di antara teman-teman seprofesinya yang tidak menyangka jika Suratno bakal menjadi caleg terpilih.

"Terpilihnya Sutarno menjadi bukti caleg dengan modal seadanya mampu bersaing dan duduk di kursi legislatif," kata Yasir yang diamini teman-temannya.***

Komentar

Postingan Populer