Jangan Bersedih, Apalagi Gantung Diri

SAYA tertegun, ketika melihat seorang pemuda terbujur kaku tak bernyawa, Selasa (16/6). Bagaimana bisa, pemuda yang masih berumur 25 tahun itu memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri menggunakan tali plastik hanya gara-gara cintanya dihianati oleh kekasihnya.

Entah ide dari mana pemuda bernama Santoso Budi Hantoro itu memilih jalan pintas yang menyakitkan itu. Apalagi sebelum melakukan aksinya
warga Desa Jatisari Kebumen itu
sempat mengirim sms kepada kekasihnya melalui ponsel yang ia pinjam dari temannya.

"Ashadu allaila haillallah waashadu ana muhammadarrosulullah..ma 5fn aq ya ma aq ninggali kamu dengan cara kya begini,ma besok pg ma2 k sn ya..bs ga bs hars ke sn sl y ini psn q yg trhr ma km, aq mt ninggl orng2 yg aq sygi yg aq cnti krn cntq krn ksh syg ktlsnk k setiyaan q km abaikn km khianti km dusti km nodai ya udag ya ma..! ASSALAMMUALLAIKUM..INALILLAHI WA INNAILAHI ROJINGUN.."

Merinding juga saat saya membacanya.
Jangan-jangan anak muda ini salah satu penggemar reality show yang marak diputar di stasiun televisi swasta. Lihat saja, selain mengirim pesan singkat, ia juga menulis surat wasiat untuk keluarganya. Pada tulisan tangan di kertas HVS putih itu, intinya ia meminta maaf karena tidak bisa membahagiakan keluarga.

Kepada keluarga yang masih hidup ia meminta untuk membicarakan bersama-sama soal penyelesaian hutangnya yang ada di bank. (Jika seperti ini, bunuh diri merupakan bentuk lari dari tanggung jawab). Tak hanya kepada keluarga, rupanya ia juga punya pesan khusus untuk pihak kepolisian.

Di akhir surat itu, tertulis bahwa ia gantung diri karena sudah tidak kuat lagi menanggung beban hidup yang semakin sulit. "Jadi aku pesen sama bapak polisi kematian saya ini jangan disusut. Ini pesan saya," tulisnya. Ah, jangan-jangan anda saja ia memiliki handycam akan mendokumentasikan detik-detik kematiannya. (na'uzubillahi min dzalik).

Saya heran, di sebuah kota kecil seperti Kebumen angka bunuh diri ternyata cukup tinggi. Betapa bunuh diri semakin populer di kalangan masyarakat sebagai jalan pembebabasan dari berbagai persoalan dunia. Padahal bagi yang lain, betapa nyawa satu-satunya begitu berharga sehingga apapun dilakukan untuk mempertahankan.

Dalam perbincangan dengan Kepala Satuan Intel Polres Kebumen disebutkan modus paling banyak dilakukan dengan cara gantung diri, minum racun serangga, dan yang terakhir adalah menabrakkan diri di rel Kereta Api. Secara umum penyebab bunuh diri karena stres atau tekanan hidup. Kejadian masa kecil yang suram juga bisa membuat orang ingin melakukan bunuh diri di kemudian hari. Termasuk penyalahgunaan obat (psikotropika) juga memicu timbulnya tindakan bunuh diri.

Bunuh diri merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menduduki peringkat 12 sebagai penyebab kematian. Setiap tahun di seluruh dunia tak kurang dari 948.000 orang mati karena bunuh diri. Para pakar memperkirakan, kasus bunuh diri akan melonjak selama 20 tahun mendatang.
Namun begitu bunuh diri, bukan monopoli kalangan ekonomi lemah. Begitu pendapat Prof Dr Sasanto Wibisono, SpKJ yang guru besar Fakultas Kedokteran UI. Kaum intelektual juga punya kecenderungan melakukan bunuh diri.

Ada tiga jenis bunuh diri yang bisa diidentifikasi, yakni bunuh diri anomik, altruistik, dan egoistik. Indikator yang paling kuat untuk orang yang ingin bunuh diri, adalah depresi. Umumnya kondisi itu dibarengi dengan sikap menarik diri dari lingkungan, mood mulai menurun, tidak ada gairah dan kekuatan lagi.

Faktor genetik kemungkinan juga ikut berpengaruh pada tindakan bunuh diri. Sulitnya menghadapi lingkungan, kompetisi, termasuk dalam hal pergaulan, bisa memicu kejadian bunuh diri pada remaja. Sementara derita karena penyakit berat, rasa kesepian, dan tidak mendapat perhatian, sering memicu kaum lansia untuk cepat-cepat meninggalkan dunia fana ini.

Disebutkan pula tanda-tanda orang yang ingin bunuh diri yakni seperti suka membicarakan tentang bunuh diri, bicara putus asa, tidak berharga, dan tak ada yang bisa menolong, mendadak menjadi sangat gembira atau pendiam, tak berminat pada hal-hal yang tadinya digemari, dan sering mengungkapkan hal seputar kematian.

Sedangkan penyebab bunuh diri antara lain, perceraian, perpisahan, putus hubungan, stres dalam keluarga, sakit berat, kehilangan pekerjaan, rumah, uang, status, harga diri, keamanan diri. Faktor ketergantungan alkohol atau narkotika dan kematian sakit berat yang diderita keluarga atau teman serta depresi juga merupakan faktor penyebab bunuh diri.

Kesedihan adalah awal mula dari depresi. Maka kesedihan yang berlebihan itu selayaknya dihindari. Di dalam Alquran dijelaskan bahwa tabiat manusia memang suka sedih dan berkeluh-kesah. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir," (al-Ma`arij:19-21).

Sebagai manusia, Rosulullah SAW pernah merasa sangat sedih karena penduduk Makkah menolak beriman. Hal ini diterangkan dalam surat asy-Syu`ara ayat 3, “Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu karena mereka tidak beriman."

Pada masa terputusnya wahyu, Rosulullah juga sangat sedih karena cemas Allah telah meninggalkannya. Begitu beratnya kesedihyan yang dialami Nabi pada waktu itu sehingga ia merasa hendak mencam-pkakkan dirinya dari jabal Kubis.

Begitu juga ketika isteri Nabi, Khadijah dan pamannya, Abu Talib meninggal dalam waktu berdekatan. Nabi merasa kehilangan dua orang yang selalu membelanya dan mene-nangkan hatinya menghadapi tantangan dan ancaman dari pihak Kuraisy. Keadaan itu sangat memukul batin Nabi saw. sehingga tahun itu disebut `am al-huzn (tahun dukacita).

Dalam bahasa Arab terdapat sejumlah kata yang mengandung makna-makna sedih. Di antaranya, huzn, iktiyab, jaz’, faz`. Semua kata ini mengandung makna sedih sekalipun bervariasi tingkat berat dan ringannya. Huzn berarti kesedihan, iktiyab kesediahan yang berat dan mendalam, dan jaz` sedih berkeluh kesah.

Menurut DR H Ramli Abdul Wahid MA, kata huzn dan kata jadiannya banyak digunakan dalam Alquran. Kata huzn setidaknya digunakan dalam Alquran 42 kali. Misalnya dalam surat al-Baqarah ayat 38 “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka tidak ada atas mereka ketakutan dan tidaklah mereka bersedih,”

Saat bersedih, membaca buku La Tahzan karya Dr ‘Aidh al-Qarni cukup menjadi pelipur. Dalam mukadimah-nya sang penulis mendedikasikan buku itu untuk siapa saja yang senantiasa merasa hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, kesedihan dan kecemasan. Atau orang yang selalu sulit tidur dikarenakan beban duka dan kegundahan yang semakin berat menerpa.

Namun terkadang saat bersedih, menulis puisi menjadi cara kuno yang murah ketimbang dugem menghabiskan duit. Seperti halnya Gibran yang menulis sajak cinta kepada May Zaidah yang dikenang manusia sepanjang masa. Andai saja mereka yang sudah terlanjur bunuh diri dapat bercerita, tentu akan sangat berharga bagi kita untuk menghargai hidup. (Wallah A'lam)***



Komentar

Postingan Populer