Motif Batik Kebumen

SALAH satu kekuatan batik sebagai sebuah karya seni asli Nusantara adalah kekayaan motif dan coraknya. Keanekaragaman motif batik inilah yang memubuat meskipun banyak yang mengenakan batik tulis, namun antara satu dengan yang lain tidak ada yang sama motifnya.

Untuk batik Kebumen memiliki motif-motif khas antara lain jagatan, pring-pringan, glebagan, kupat-kupatan dan lainnya. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, motif-motif tersebut terus berkembang. Kegiatan seperti lomba desain motif batik khas Kebumen yang digelar oleh Pemkab setempat juga mendorong perajin batik tulis untuk terus berinovasi bereksperimen mengembangkan motif batik agar tidak stagnan.


"Kalau tidak ada perkembangan motif yang dinamis, pemakai
kain batik tentu akan merasa jenuh," ujar Ketua Paguyuban Batik Lawet Sakti Kebumen H Hamami Abdul Rohman saat ditemui, di kediamannya, Dusun Tanuraksan, Desa Gemeksekti, Kecamatan Kota Kebumen.

Namun persoalan yang dihadapi sekarang ini adalah keterbatasan kemampuan para pembatik terutama yang sudah tua. Mereka sudah kesulitan untuk menciptakan motif baru. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang masih muda untuk dan memiliki kemampun untuk memperkaya motif batik. Sehingga batik khas Kebumen dapat sejajar dengan batik-batik dari daerah lain seperti batik Yogyakarta, Solo, maupun Pekalongan.

"Tentu saja, motif yang dibuat terinspirasi dari budaya Kebumen sehingga muncul kekhasan warna dan coraknya," imbuhnya menyebutkan, dengan kata lain, sekali melihat orang langsung tahu batik tersebut dari Kebumen.

Sampai saat ini, pria yang menggeluti batik sejak kecil itu, mengaku masih menciptakan motif-motif batik baru. Karena tidak bisa mendesain menggunakan software komputer, dia menggambar motif secara manual yakni memakai pensil. Setelah jadi, baru dia serahkan kepada tukang setting komputer untuk dibuat versi komputernya.


Saat ditanya berapa jumlah motif yang telah ia buat, bapak lima anak dengan sembilan cucu itu mengaku sudah lupa. Patut disayangkan, banyaknya karya yang ia buat, motif-motif hasil karyanya itu sama sekali tidak pernah terdokumentasikan dengan baik.


Rata-rata ide dasar pembuatan motif batik berasal dari apa saja. Bisa dari
alam sekitar seperti bunga yang tumbuh di halaman, daun, makanan khas atau saat melihat corak batik yang menurutnya bagus, lalu dia mengembangkan menjadi karya berbeda. Termasuk pewarnaan yang digunakan adalah warna-warna khas Kebumen, seperti biru, merah, ungu, cokelat, hijau dan kuning.

"Sebenarnya Tuhan sudah menyediakan motif yang maha hebat di alam, kita tinggal menirunya ke dalam kain batik," katanya seraya menyebutkan terkadang ia mendapat inspirasi dari lamunan.


Saat ini, imbuh Hamami, perajin batik tulis dihadapkan pada pola perdagangan bebas yang cenderung merugikan. Salah satunya dengan munculnya printing motif batik baik dari pengusaha Indonesia maupun yang berasal dari Cina. Misalnya,motif batik yang baru diciptakan dalam waktu seminggu sudah beredar dengan di pasaran motif melalui printing motif baik yang sama.


"Karena diproduksi secara massal, harga printing motif batik jauh lebih murah," katanya seraya menyebutkan, batik khas Kebumen seperti gringsing, danliris, sidomukti, sudah ada versi printingnya.

Hamami menyebutkan, anggota Paguyuban Batik Lawet Sakti saat ini sekitar 125 pembatik.

Jumlah tersebut tersebar di sentra batik di Desa Jemur Kecamatan Pejagoan, Desa Gemeksekti Kecamatan Kota Kebumen dan Desa Seliling Kecamatan Alian. Dari sekian banyak perajin itu sebagian besar adalah perajin batik tulis.

"Hanya ada satu dua orang saja membuat batik cap," katanya seraya menyebutkan yang harus dilakukan oleh pembatik adalah membuat inovasi dalam segala hal, mulai dari desain batik, materi, hingga pemasaran.***

Komentar

Postingan Populer