Sate Klatak "Wong Ndeso"

Satu porsi sate klatak siap disantap.  
SATE klatak sudah menjadi ikon Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Namun bagi orang Kebumen, tidak perlu menempuh jarak lebih dari 100 kilometer untuk menikmati lezatnya sate kambing muda itu. Mengingat jenis sate kambing yang satu ini sudah bisa ditemui di Kebumen, persinya di warung makan "Wong Ndeso" di Jalan Kebulusan, Kecamatan Pejagoan. Letaknya persis di seberang SD Negeri 2 Kebulusan. 

Di warung yang baru dibuka tiga bulan lalu, tersedia menu spesial sate klatak yang tidak kalah lezat dibanding yang dijual di sepanjang Jalan Imogiri, Bantul.

Salah satu ciri khas sate klatak di Bantul ialah alat tusuknya. Yakni bukan dari bilah bambu yang diruncingkan ujungnya, melainkan jeruji sepeda.  Sedangkan tusuk sate klatak warung "Wong Ndeso" dibuat dari stainless yang dibentuk secara khusus menjadi tusuk daging. Istimewanya tusuk sate itu dibawa langsung dari negara Kuwait. "Stainless tidak bisa berkarat, sehingga lebih higienis," kata Octiana Dwi Astuti (28) si pemilik warung.

Inspirasi usaha sate itu, kata Octiana, saat dia ikut suaminya Nur Salim (35) yang bekerja sebagai perawat di Kuwait. Setahun di negara timur tengah itu, dia memasak daging seperti cara orang sana yakni menggunakan tusuk dari stainless. Maklum di negara itu tidak tumbuh bambu seperti di Indonesia.
"Setelah mengikuti training Purdi E Candra, dan dengan pengalaman kuliner di Kuwait saya berniat membuka usaha warung sate," ibu dua anak itu menambahkan.

warungnya biasa, rasanya istimewa
Satu porsi sate di warung tersebut terdiri empat tusuk. Namun dengan irisan daging kambing muda sebesar ibu jari orang dewasa dijamin empat tusuk tersebut akan membuat Anda puas. Selain bumbu-bumbu spesial, sebagai pemanis hidangan sate disajikan dengan irisan tomat dan mentimun.

Harganya relatif terjangkau. Satu porsi sate klatak ditambah nasi seharga Rp 17.000. Tidak hanya sate, di warung yang buka mulai pukul 09.00-20.00 itu juga menyediakan menu ayam kampung bakar yang tidak kalah spesialnya. Dengan merogoh kocek Rp 13.000 Anda sudah bisa menyantap satu porsi ayam kampung bakar plus nasi.

Adapun soal mengapa dinamakan sate klatak, banyak versi yang beredar. Bisa jadi karena muncul bunyi "klatak klatak" ketika daging dibakar. Atau bunyi "klatak" saat tusuk sate dari besi itu menyentuh gigi. Apapun itu, daging yang empuk, bumbu yang lezat, dan keunikan bentuk dan rasanya, sate klatak "Wong Ndeso" pantas untuk dicoba. Kehadiran warung ini tentu saja menambah pilihan pencinta kuliner untuk memanjakan lidah mereka.
 
"Meski besar-besar, dagingnya matang, mungkin karena dibakar pakai besi," puji Sukirno (28), pengunjung asal Gombong.***

Komentar

Posting Komentar

terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini

Postingan Populer