Beratnya Belajar di Kelas Darurat
MURID SDN Seboro 3 Kec. Sadang, Kebumen belajar di kelas tenda. |
Satu tenda didirikan di halaman rumah penduduk untuk belajar
43 murid kelas dua dan 35 murid kelas tiga. Kemudian tenda lain dibangun di
halaman Masjid Jami Baitussalam untuk belajar kelas lima dan enam. Mereka menempati
kelas darurat sejak 9 Januari lalu.
Melihat proses pembelajaran yang dijalani para murid itu
tampak begitu berat. Tidak hanya bagi para siswa, tetapi juga bagi guru. Apalagi
satu tenda dipakai untuk dua kelas tanpa adanya penyekat.
Belum lagi, saat hari mulai siang di dalam tenda terasa sangat
panas. Mulai pukul 10.00 tidak jarang keringat para muriud sampai dleweran. Kondisi
sangat parah di kelas lima dan enam yang rendah sehingga membuat murid tidak kuat
mengikuti pelajaran. Jika sudah begitu,
buku pelajaran pun beralih fungsi menjadi kipas angin.
"Saya kasihan melihat anak-anak harus belajar dengan
seadanya," ujar Fajariyah Suryani
guru kelas 3 SDN Seboro 3, baru-baru ini.
Dengan kondisi seperti itu, bisa dipastikan para murid tidak konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Pernah terjadi, saat pembelajaran
berlangsung, tiba-tiba terjadi angin
kencang. Para murid pun berhamburan keluar tenda sembari membawa tas dan buku pelajaran.
Tidak hanya siswa yang ketakutan, para guru pun setali tiga uang. Melihat suasana
yang tidak kondusif lagi, para guru pun
akhirnya sepakat memulangkan murid-murid lebih awal.
"Untuk jangka pendek, kami berharap dibuatkan kelas
darurat yang lebih layak," kata Nur Arianingsih AMAPd guru kelas 2 mengakui
selama di kelas darurat proses pembelajaran tidak bisa optimal.
Guru Kerja Keras
Tiupan angin kencang yang menerjang tenda, hanyalah satu
dari banyak masalah yang diharus dihadapi oleh guru dan murid SDN Seboro 3.
Menempati kelas darurat berupa tenda, masalah lain ditakuti adalah
ketika turun hujan saat jam pembelajaran masih berlangsung.
Setiap pagi, para guru pun was-was saat melihat cuaca
terlihat mendung. Mereka selalu berdoa agar hujan tidak turun pada pagi hari.
Maklum jika turun hujan saat jam sekolah, proses pembelajaran kemungkinan besar
tidak akan bisa dilanjutkan. Apalagi jika hujan itu disertai angin kencang,
sulit membayangkan bagaimana bocah-bocah itu bisa belajar dengan tenang.
Menurut Kepala SDN Seboro 3 Suhardi SPd SD, meski sedikit lebih baik, murid-murid kelas
satu dan empat yang menempati rumah penduduk juga tidak bisa belajar
dengan maksimal. Sebanyak 18 murid kelas
empat, menempati rumah warga yang berlantai keramik. Pihak sekolah tidak berani
menempatkan meja kursi sehingga para murid belajar secara lesehan.
"Namanya juga numpang. Takutnya anak-anak menarik meja
kursi hingga menggores lantai," imbuhnya.
Kendati dengan keterbatasan fasilitas, pihak sekolah
berusaha keras agar anak didiknya tidak ketinggalan pelajaran. Terutama bagi
kelas enam yang akan menghadapi ujian
sekolah dan ujian nasional SD diberikan jam tambahan pada pagi dan usai jam
sekolah. “Guru memang harus bekerja
keras agar murid-murid tidak ketinggalan pelajaran,” ujarnya.
Anggaran Pembangunan
Rusaknya ruang kelas SD seolah tidak ada habisnya. Dari
data Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga (Dikpora) Kebumen tercatat masih ada sekitar 1.017 ruang kelas SD yang
rusak. Tingkat kerusakannya variatif, mulai dari ringan sampai berat.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Dikpora Suwardjo SPd
mengatakan, upaya perbaikan terus dilakukan.Tahun 2012, Pemkab Kebumen siap
membangun ruang kelas baru, rehab bangunan rusak berat dan ringan maupun
pengadaan perpustakaan dan alat peraga pendidikan. Kegiatan itu dianggarkan
dari DAK tahun 2011, DAK tahun 2012 dan APBN tahun 2012.
DAK tahun 2011 yang dilaksanakan pada tahun 2012 sebesar Rp
39,8 miliar. Dana tersebut diperuntukkan bagi pembangunan ruang kelas baru
sejumlah 21 ruang beserta mebelernya, pembangunan 65 perpustakaan beserta
perabotnya, rehab ruang kelas rusak sedang 270 ruang, serta rehab ruang kelas rusak berat sebanyak tiga
kelas. Selain itu juga untuk kegiatan peningkatan mutu pendidikan berupa
pengadaan buku, alat peraga serta
peralatan pendukung TIK di 107 sekolah.
Kemudian DAK tahun 2012 dialokasikan Rp 54,6 miliar.
Anggaran itu rencananya untuk pembangunan 76 gedung perpustakaan dan mebeler Rp
7,7 miliar, untuk rehab gedung SD sebanyak 629 ruang kelas rusak sedang Rp 43,7
miliar serta pembangunan 42 ruang perpustakaan Rp 21 miliar.
Selain itu, masih ada juga
dana rehab gedung SD yang bersumber dari APBN 2012 sebesar Rp 25,9
miliar yang penyalurannya langsung masuk rekening sekolah. Yakni untuk renovasi
378 ruang kelas rusak sedang.
"Jadi MoU-nya juga antara pemerintah pusat
dengan sekolah penerima," katanya.***
Komentar
Posting Komentar
terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini