Beratnya Belajar di Kelas Darurat

MURID SDN Seboro 3 Kec. Sadang, Kebumen belajar di kelas tenda.
SEJAK gedung sekolah mereka retak-retak hingga nyaris ambruk akibat tanah longsor awal Januari lalu,  sebanyak 181 murid SD Negeri Seboro 3 Kecamatan Sadang, Kebumen, terpaksa belajar di kelas darurat. Mereka dibagi dua,  sebanyak 22 murid  kelas satu  dan 18 murid  kelas empat belajar di rumah penduduk.  Sedangkan kelas 2, 3, 5 dan 6  terpaksa menimba ilmu dengan belajar di kelas tenda.
Satu tenda didirikan di halaman rumah penduduk untuk belajar 43 murid kelas dua dan 35 murid kelas tiga. Kemudian tenda lain dibangun di halaman Masjid Jami Baitussalam untuk belajar kelas lima dan enam. Mereka menempati kelas darurat sejak 9 Januari lalu.
Melihat proses pembelajaran yang dijalani para murid itu tampak begitu berat. Tidak hanya bagi para siswa, tetapi juga bagi guru. Apalagi satu tenda dipakai untuk dua kelas tanpa adanya penyekat.
Belum lagi, saat hari mulai siang di dalam tenda terasa sangat panas. Mulai pukul 10.00 tidak jarang keringat para muriud sampai dleweran. Kondisi sangat parah di kelas lima  dan enam  yang rendah sehingga membuat murid tidak kuat mengikuti pelajaran.  Jika sudah begitu, buku pelajaran pun beralih fungsi menjadi kipas angin.
"Saya kasihan melihat anak-anak harus belajar dengan seadanya,"  ujar Fajariyah Suryani guru kelas 3 SDN Seboro 3, baru-baru ini.
Dengan kondisi seperti itu, bisa dipastikan para murid  tidak konsentrasi  dalam mengikuti pelajaran.  Pernah terjadi, saat pembelajaran berlangsung,  tiba-tiba terjadi angin kencang. Para murid pun berhamburan keluar tenda sembari membawa tas dan buku pelajaran. Tidak hanya siswa yang ketakutan, para guru pun setali tiga uang. Melihat suasana yang tidak kondusif lagi,  para guru pun akhirnya sepakat memulangkan murid-murid lebih awal.
"Untuk jangka pendek, kami berharap dibuatkan kelas darurat yang lebih layak," kata Nur Arianingsih AMAPd guru kelas 2 mengakui selama di kelas darurat proses pembelajaran tidak bisa optimal.
Guru Kerja Keras 

Tiupan angin kencang yang menerjang tenda, hanyalah satu dari banyak masalah yang diharus dihadapi oleh guru dan murid SDN  Seboro 3.  Menempati kelas darurat berupa tenda, masalah lain ditakuti adalah ketika turun hujan saat jam pembelajaran masih berlangsung.
Setiap pagi, para guru pun was-was saat melihat cuaca terlihat mendung. Mereka selalu berdoa agar hujan tidak turun pada pagi hari. Maklum jika turun hujan saat jam sekolah, proses pembelajaran kemungkinan besar tidak akan bisa dilanjutkan. Apalagi jika hujan itu disertai angin kencang, sulit membayangkan bagaimana bocah-bocah itu bisa belajar dengan tenang.
Menurut Kepala SDN Seboro 3 Suhardi SPd SD,  meski sedikit lebih baik, murid-murid kelas satu dan empat yang menempati rumah penduduk juga tidak bisa belajar dengan  maksimal. Sebanyak 18 murid kelas empat, menempati rumah warga yang berlantai keramik. Pihak sekolah tidak berani menempatkan meja kursi sehingga para murid belajar secara lesehan.
"Namanya juga numpang. Takutnya anak-anak menarik meja kursi hingga menggores lantai," imbuhnya.
Kendati dengan keterbatasan fasilitas, pihak sekolah berusaha keras agar anak didiknya tidak ketinggalan pelajaran. Terutama bagi kelas enam  yang akan menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional SD diberikan jam tambahan pada pagi dan usai jam sekolah.  “Guru memang harus bekerja keras agar murid-murid tidak ketinggalan pelajaran,” ujarnya. 

Anggaran Pembangunan
Rusaknya ruang kelas SD seolah tidak ada habisnya. Dari data  Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kebumen tercatat masih ada sekitar 1.017 ruang kelas SD yang rusak. Tingkat kerusakannya variatif, mulai dari ringan sampai berat. 
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Dikpora Suwardjo SPd mengatakan, upaya perbaikan terus dilakukan.Tahun 2012, Pemkab Kebumen siap membangun ruang kelas baru, rehab bangunan rusak berat dan ringan maupun pengadaan perpustakaan dan alat peraga pendidikan. Kegiatan itu dianggarkan dari DAK tahun 2011, DAK tahun 2012 dan APBN tahun 2012.
DAK tahun 2011 yang dilaksanakan pada tahun 2012 sebesar Rp 39,8 miliar. Dana tersebut diperuntukkan bagi pembangunan ruang kelas baru sejumlah 21 ruang beserta mebelernya, pembangunan 65 perpustakaan beserta perabotnya, rehab ruang kelas rusak sedang 270 ruang, serta  rehab ruang kelas rusak berat sebanyak tiga kelas. Selain itu juga untuk kegiatan peningkatan mutu pendidikan berupa pengadaan buku, alat peraga  serta peralatan pendukung TIK di 107 sekolah.
Kemudian DAK tahun 2012 dialokasikan Rp 54,6 miliar. Anggaran itu rencananya untuk pembangunan 76 gedung perpustakaan dan mebeler Rp 7,7 miliar, untuk rehab gedung SD sebanyak 629 ruang kelas rusak sedang Rp 43,7 miliar serta pembangunan 42 ruang perpustakaan Rp 21 miliar.
Selain itu, masih ada juga  dana rehab gedung SD yang bersumber dari APBN 2012 sebesar Rp 25,9 miliar yang penyalurannya langsung masuk rekening sekolah. Yakni untuk renovasi 378 ruang kelas rusak sedang.
"Jadi MoU-nya juga antara pemerintah pusat dengan sekolah penerima," katanya.***

Komentar

Postingan Populer