Ketika Angin Tak Lagi Bersahabat

Warga-TNI bergotong-royong membenahi rumah rusak.
HARI menjelang maghrib, saat Tasiyah (40) mulai mengandangkan ayam-ayam kampung peliharaanya. Pukul 17.30 biasanya hari masih terang, tetapi Kamis (8/3), suasana di Dusun Nagasari, Desa Ayamputih, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen sudah sangat gelap oleh mendung yang pekat.
Saat sebagian ayam Tasiyah masih di luar kadang, angin yang awalnya sepoi-sepoi  tiba-tiba bertiup kencang. Tiupan angin dari arah pantai itu hingga mengeluarkan suara menderu. Panik bercampur ketakutan, Tasiyah berlari ke sana kemari. Sampai akhirnya dia terpaku saat melihat sebatang pohon melinjo roboh menimpa rumahnya.
Akibatnya, sebagian rumah berbentuk joglo itu hancur. Atap berikut dinding bangunan dari batu bata ambrol. Genteng berserakan di dalam rumah. Padahal saat itu, di dalam rumah itu terdapat Jasmi (80) mertuanya yang sudah renta.
“Saya berteriak-teriak minta tolong, sampai warga berbondong-bondong datang menolong,” ujar Tasiyah kepada Suara Merdeka di sela-sela memperbaiki rumahnya.
Petang itu, angin benar-benar tak lagi bersahabat. Beruntung, mertuanya yang sudah  lanjut usia tidak terluka. Saat pohon ambruk Jasmi berada di ruangan lain. Warga berhasil menyelamatkan lansia itu setelah mencari dalam gelap. Maklum aliran listrik PLN saat itu padam.
Karena rumahnya rusak parah, Tasiyah bersama Mukhasin (45) suami dan mertuanya terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya. Keluarga Tasiyah tidak sendirian menghadapi bencana itu,  sebab 14 rumah di desa  pesisir selatan itu juga rusak tertimpa pohon tumbang. Kerusakan tersebar di tiga dusun yakni Dusun Nagasari, Truntung, dan Keburuhan. Bahkan rumah kepala Desa Ayamputih  juga ikut jadi korban angin kencang.
"Ini bencana paling parah yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir," ujar Kepala Urusan Pemerintahan Desa Ayamputih Susdarto.
Ya, bersamaan dengan itu angin juga melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kebumen. Kondisi terparah terdapat di wilayah pesisir selatan yakni kawasan yang disebut Urut Sewu. Mulai dari Kecamatan Ambal, Buluspesantren, Klirong, Petanahan, Puring, Buayan hingga Kecamatan Ayah.
Gambaran nyata bagaimana dahsyatnya angin lesus adalah dengan melihat parahnya kerusakan rumah Mulyadi di Desa Grogolpenatus, Kecamatan Petanahan. Akibat diterjang angin, sebatang pohon kelapa tumbang hingga tercerabut akarnya dan terangkat hingga betada di atap rumah. Warga yang melihat kejadian itu  sampai tak habis pikir bagaimana peristiwa itu bisa terjadi.
“Bagaimana keadaanya, kami tetap bersyukur  semua selamat dari musibah ini,” ujarnya.
Kandang Ambruk
Kandang ayam ambruk diterjang angin kecang.
Akibat bencana angin lesus itu, sebanyak 294 bangunan rusak. Dari jumlah itu sebanyak 230 di antaranya adalah rumah penduduk. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen merinci sebanyak 29 rumah rusak berat, 32 rusak sedang dan 169 rusak ringan.
“Total kerugian yang diakibatkan bencana angin kencang mencapai Rp 732, 2 juta,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kebumen Drs Muhyidin didampingi Kepala Seksi Kedaruratan Arif Rahmadi SSos.
Selain rumah,  bangunan lain yang rusak terdiri atas mushola, masjid, warung, kandang ternak hingga balai desa. Kerusakan akibat angin lesus tersebut tersebar di 49 desa di 10 kecamatan. Kendati tak sampai mengakibatkan korban jiwa manusia, namun musibah menelan korban hewan ternak. Seekor sapi milik warga Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan dan kambing milik warga Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong mati tertimpa kandang yang roboh.
Dampak angin kencang juga dirasakan oleh peternak ayam broiler di Desa Surorejan, Kecamatan Puring. Mereka merugi akibat belasan kandang ayam rusak akibat terjang angin. Bahkan dua kandang ayam milik Sieng (38) dan Manun (30) roboh hingga rata dengan tanah.
Akibat kadang ayam ambruk, Sieng merugi hingga Rp 80 juta. Kerugian itu ditambah  kerugian akibat 5.000 ekor ayamnya harus dipanen lebih awal. Jika biasanya ayam baru dipanen saat berumur 35 hari, karena kandangnya roboh umur 30 hari pun dia langsung menjualnya ke perusahaan mitra.
“Meskipun kurang lima hari, hasil panen tidak maksimal maksimal,"  ujar Sieng murung.
Setali tiga uang, Manun peternak lain juga resah. Kendati ayam-ayamnya  selamat saat kandang roboh, namun untuk memeliharanya harus ekstra hati-hati.  Pasalanya, 2.500 ekor ayam peliharaanya masih berumur seminggu.
“Dampak kandang roboh membuat ayam menjadi stress,” tandas Manun yang juga mengaku stres. 

Perahu Rusak
Perahu nelayan pecah diterjang gelombang/Ondo Supriyanto
Kepala Seksi Kedaruratan Arif Rahmadi SSos menyampaikan, saat menerima laporan, malam itu juga tim BPBD langsung menyisir lokasi bencana dengan membawa gergaji mesin. Gergaji mesin dibawa untuk membantu menyingkirkan batang pohon yang menghalangi jalan maupun fasilitas umum lain. Selain itu, pihaknya juga mendistribusikan bantuan berupa sembako kepada korban bencana.
“Kami juga telah melaporkan kejadian ini ke BPBD Propinsi Jateng dan BNPB Jakarta,” ujar Arif Rohmadi.
Angin kencang pada malam Jumat Pahing itu, juga membuat para nelayan di pesisir selatan semakin menderita. Bagaimana tidak, angin kencang yang menyertai gelombang pasang menerjang perahu nelayan yang disandarkan di pinggir pantai. Akibatnya 30 perahu  milik nelayan rusak dan empat perahu di antaranya  hilang terbawa gelombang. Salah satu perahu yang hilang ialah perahu 5 grosston bantuan pemerintah yang dikelola kelompok nelayan "Samodra Jaya" senilai Rp 230 juta.
Adapun perahu yang rusak milik 17 nelayan Desa Karangduwur, lima nelayan dari Desa Srati, tiga perahu milik nelayan dari Desa Argopeni Kecamatan Ayah. Sedangkan tiga perahu milik nelayan di Desa Pandanlor serta  dua perahu milik nelayan  dari Desa Pucangan. Kerugian akibat rusaknya perahu dan alat tangkap nelayan ditaksir mencapai Rp 350,6 juta. 
Ketua KUD Mina Pawurni Kecamatan Ayah, Bejo Priyono  berharap pemerintah memperhatikan nasib para nelayan di pantai selatan yang kondisinya sekarang sangat memprihatinkan. Sebab, dengan kerusakan perahu nelayan tidak bisa melaut sampai perbaikan selesai. Sedangkan bagi yang perahu tidak bisa diperbaiki, butuh modal besar untuk membeli perahu yang baru.
“Sebab  satu unit perahu 1 grosston harganya sekitar Rp 12 juta,” ujar Bejo Priyono.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen drh  Suhartilah Jumaryanti  menyampaikan, terkait  penanganan jangka pendek, pihaknya mengalokasikan beras cadangan Pemkab untuk membantu  para nelayan, sekaligus untuk mengantisipasi masa paceklik nelayan.
"Guna mengantisipasi datangnya gelombang pasang, nelayan kami imbau menambatkan perahunya di tempat yang aman" ujar Suhartilah.***

Komentar

Postingan Populer