Ketika Angin Tak Lagi Bersahabat
Warga-TNI bergotong-royong membenahi rumah rusak. |
Saat sebagian ayam Tasiyah masih di luar kadang,
angin yang awalnya sepoi-sepoi tiba-tiba
bertiup kencang. Tiupan angin dari arah pantai itu hingga mengeluarkan suara
menderu. Panik bercampur ketakutan, Tasiyah berlari ke sana kemari. Sampai
akhirnya dia terpaku saat melihat sebatang pohon melinjo roboh menimpa rumahnya.
Akibatnya, sebagian rumah berbentuk joglo itu
hancur. Atap berikut dinding bangunan dari batu bata ambrol. Genteng berserakan
di dalam rumah. Padahal saat itu, di dalam rumah itu terdapat Jasmi (80)
mertuanya yang sudah renta.
“Saya berteriak-teriak minta tolong, sampai
warga berbondong-bondong datang menolong,” ujar Tasiyah kepada Suara Merdeka di
sela-sela memperbaiki rumahnya.
Petang itu, angin benar-benar tak lagi
bersahabat. Beruntung, mertuanya yang sudah
lanjut usia tidak terluka. Saat pohon ambruk Jasmi berada di ruangan
lain. Warga berhasil menyelamatkan lansia itu setelah mencari dalam gelap. Maklum
aliran listrik PLN saat itu padam.
Karena rumahnya rusak parah, Tasiyah bersama Mukhasin
(45) suami dan mertuanya terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya. Keluarga Tasiyah
tidak sendirian menghadapi bencana itu, sebab
14 rumah di desa pesisir selatan itu
juga rusak tertimpa pohon tumbang. Kerusakan tersebar di tiga dusun yakni Dusun
Nagasari, Truntung, dan Keburuhan. Bahkan rumah kepala Desa Ayamputih juga ikut jadi korban angin kencang.
"Ini bencana paling parah yang terjadi
sejak beberapa tahun terakhir," ujar Kepala Urusan Pemerintahan Desa
Ayamputih Susdarto.
Ya, bersamaan dengan itu angin juga melanda
sejumlah wilayah di Kabupaten Kebumen. Kondisi terparah terdapat di wilayah pesisir
selatan yakni kawasan yang disebut Urut Sewu. Mulai dari Kecamatan Ambal,
Buluspesantren, Klirong, Petanahan, Puring, Buayan hingga Kecamatan Ayah.
Gambaran nyata bagaimana dahsyatnya angin
lesus adalah dengan melihat parahnya kerusakan rumah Mulyadi di Desa
Grogolpenatus, Kecamatan Petanahan. Akibat diterjang angin, sebatang pohon
kelapa tumbang hingga tercerabut akarnya dan terangkat hingga betada di atap
rumah. Warga yang melihat kejadian itu
sampai tak habis pikir bagaimana peristiwa itu bisa terjadi.
“Bagaimana keadaanya, kami tetap
bersyukur semua selamat dari musibah
ini,” ujarnya.
Kandang
Ambruk
Kandang ayam ambruk diterjang angin kecang. |
Akibat bencana angin lesus itu, sebanyak 294
bangunan rusak. Dari jumlah itu sebanyak 230 di antaranya adalah rumah penduduk.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen merinci sebanyak 29 rumah rusak
berat, 32 rusak sedang dan 169 rusak ringan.
“Total kerugian yang diakibatkan bencana
angin kencang mencapai Rp 732, 2 juta,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan
Logistik pada BPBD Kebumen Drs Muhyidin didampingi Kepala Seksi Kedaruratan
Arif Rahmadi SSos.
Selain rumah,
bangunan lain yang rusak terdiri atas mushola, masjid, warung, kandang
ternak hingga balai desa. Kerusakan akibat angin lesus tersebut tersebar di 49
desa di 10 kecamatan. Kendati tak sampai mengakibatkan korban jiwa manusia,
namun musibah menelan korban hewan ternak. Seekor sapi milik warga Desa
Karanggadung, Kecamatan Petanahan dan kambing milik warga Desa Tanggulangin,
Kecamatan Klirong mati tertimpa kandang yang roboh.
Dampak angin kencang juga dirasakan oleh peternak
ayam broiler di Desa Surorejan, Kecamatan Puring. Mereka merugi akibat belasan
kandang ayam rusak akibat terjang angin. Bahkan dua kandang ayam milik Sieng
(38) dan Manun (30) roboh hingga rata dengan tanah.
Akibat kadang ayam ambruk, Sieng merugi
hingga Rp 80 juta. Kerugian itu ditambah
kerugian akibat 5.000 ekor ayamnya harus dipanen lebih awal. Jika
biasanya ayam baru dipanen saat berumur 35 hari, karena kandangnya roboh umur
30 hari pun dia langsung menjualnya ke perusahaan mitra.
“Meskipun kurang lima hari, hasil panen tidak
maksimal maksimal," ujar Sieng
murung.
Setali tiga uang, Manun peternak lain juga resah.
Kendati ayam-ayamnya selamat saat kandang
roboh, namun untuk memeliharanya harus ekstra hati-hati. Pasalanya, 2.500 ekor ayam peliharaanya masih
berumur seminggu.
“Dampak kandang roboh membuat ayam menjadi stress,”
tandas Manun yang juga mengaku stres.
Perahu Rusak
Perahu nelayan pecah diterjang gelombang/Ondo Supriyanto |
Kepala Seksi Kedaruratan Arif Rahmadi SSos
menyampaikan, saat menerima laporan, malam itu juga tim BPBD langsung menyisir
lokasi bencana dengan membawa gergaji mesin. Gergaji mesin dibawa untuk
membantu menyingkirkan batang pohon yang menghalangi jalan maupun fasilitas
umum lain. Selain itu, pihaknya juga mendistribusikan bantuan berupa sembako
kepada korban bencana.
“Kami juga telah melaporkan kejadian ini ke
BPBD Propinsi Jateng dan BNPB Jakarta,” ujar Arif Rohmadi.
Angin kencang pada malam Jumat Pahing itu,
juga membuat para nelayan di pesisir selatan semakin menderita. Bagaimana
tidak, angin kencang yang menyertai gelombang pasang menerjang perahu nelayan
yang disandarkan di pinggir pantai. Akibatnya 30 perahu milik nelayan rusak dan empat perahu di
antaranya hilang terbawa gelombang. Salah
satu perahu yang hilang ialah perahu 5 grosston bantuan pemerintah yang
dikelola kelompok nelayan "Samodra Jaya" senilai Rp 230 juta.
Adapun perahu yang rusak milik 17 nelayan Desa
Karangduwur, lima nelayan dari Desa Srati, tiga perahu milik nelayan dari Desa
Argopeni Kecamatan Ayah. Sedangkan tiga perahu milik nelayan di Desa Pandanlor
serta dua perahu milik nelayan dari Desa Pucangan. Kerugian akibat rusaknya perahu
dan alat tangkap nelayan ditaksir mencapai Rp 350,6 juta.
Ketua KUD Mina Pawurni Kecamatan Ayah, Bejo
Priyono berharap pemerintah
memperhatikan nasib para nelayan di pantai selatan yang kondisinya sekarang
sangat memprihatinkan. Sebab, dengan kerusakan perahu nelayan tidak bisa melaut
sampai perbaikan selesai. Sedangkan bagi yang perahu tidak bisa diperbaiki,
butuh modal besar untuk membeli perahu yang baru.
“Sebab
satu unit perahu 1 grosston harganya sekitar Rp 12 juta,” ujar Bejo
Priyono.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen
drh Suhartilah Jumaryanti menyampaikan, terkait penanganan jangka pendek, pihaknya
mengalokasikan beras cadangan Pemkab untuk membantu para nelayan, sekaligus untuk mengantisipasi
masa paceklik nelayan.
"Guna mengantisipasi datangnya gelombang
pasang, nelayan kami imbau menambatkan perahunya di tempat yang aman" ujar
Suhartilah.***
Komentar
Posting Komentar
terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini