*Pengakuan Bekas Gembong Narkoba (2) Gaji Rp 250 Juta Habis untuk Pesta

Hadi Suprojo bersama sebagian anaknya.
TEKAD untuk mengasingkan diri dengan tinggal di tengah hutan Blawong, Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kebumen sudah bulat dijalani Hadi Suprojo (39). Satu setengah tahun tinggal di hutan, istrinya Siti Romidah (29) dan tujuh anaknya sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alam.

Pria kelahiran Dusun Kalipuru, Desa Pujotirto, Kecamatan Karangsambung, Kebumen itu tidak ingin anak-anaknya terseret ke dunia hitam seperti dirinya. Meski demikian, dia bersyukur masih menjumpai pintu taubat sehingga bisa lepas dari jerat narkoba dan jejaring mafianya.

Hadi bertutur, kehidupan kelamnya bermula saat dia merantau ke Jakarta setelah putus sekolah kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Kehidupan keras di Jakarta membuat Hadi menjadi anak jalanan. Meski masih anak-anak, mencopet, berkelahi, mencuri,  dan mabuk-mabukan menjadi pekerjaan sehari-hari.

Sampai pada akhirnya Hadi bekerja di sebuah klub malam di Jakarta. Awaknya dia hanya sebagai tukang bersih-bersih. Karena dikenal kuat dalam minum-minuman keras dosis tinggi,  Hadi diangkat menjadi kapten bar. Tugasnya menemani tamu-tamu untuk minum-minuman keras. Di klub itulah secara tidak sadar Hadi terseret menjadi seorang kurir Narkoba. Hadi sering disuruh mengantarkan barang oleh tamu klub yang pada akhirnya dia tahu bahwa barang yang dikirim itu adalah heroin.

"Setelah terjebak, saya akhirnya terjun sekalian menjadi seorang kurier narkoba," ujar Hadi.

Meski masih berumur belasan tahun, Hadi selalu sukses dalam menjalankan tugasnya. Statusnya pun meningkat menjadi seorang bandar. Hadi mengaku pernah direkayasa ditangkap oleh timnya meskipun tidak membawa barang bukti Narkoba. Dia dibawa ke suatu tempat, disiksa dan dipaksa menyebutkan nama-nama jaringan.

Naik Pangkat

Pada saat itu Hadi berpikir, jika membongkar rahasia pasti akan dibunuh. Tetapi kalau bungkam dia akan selamat dan akan masuk penjara. Maka kendati dipukuli hingga babak belur dia memilih bungkam. "Saya benar-benar kaget saat itu, karena bos saya muncul dan memberikan ucapan selamat," ujarnya seraya menyebutkan karena dinilai lulus ujian dia pun naik jabatan.

Dalam promosinya, Hadi mengaku sempat mendapatkan pendidikan mafia di Hongkong. Di sana, dilatih teknik menembak, menahan sakit, dan ilmu-ilmu lainnya. Selanjutnya, dia pun terlibat dalam transaksi kwintalan heroin melalui laut. Maka dia pun paham betul siapa pemain kelas kakap peredaran Narkoba di Indonesia yang kebal hukum.

Diakuinya, uang yang dihasilkan dari menjadi bagian jaringan mafia Narkoba cukup banyak. Bagaimana tidak, gajinya dari bosnya warga negara Taiwan dan Nigeria dalam sebulan bisa mencapai Rp 250 juta. Saat itu pecahan uang terbesar Rp 20.000 gambar cengkih. Tetapi uang yang didapat itu selalu habis untuk pesta-pesta.***

Komentar

Postingan Populer