*Pengakuan Bekas Gembong Narkoba (2) Gaji Rp 250 Juta Habis untuk Pesta
Hadi Suprojo bersama sebagian anaknya. |
Pria kelahiran Dusun Kalipuru, Desa Pujotirto, Kecamatan
Karangsambung, Kebumen itu tidak ingin anak-anaknya terseret ke dunia hitam
seperti dirinya. Meski demikian, dia bersyukur masih menjumpai pintu taubat
sehingga bisa lepas dari jerat narkoba dan jejaring mafianya.
Hadi bertutur, kehidupan kelamnya bermula saat dia merantau
ke Jakarta setelah putus sekolah kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Kehidupan keras di
Jakarta membuat Hadi menjadi anak jalanan. Meski masih anak-anak, mencopet,
berkelahi, mencuri, dan mabuk-mabukan menjadi
pekerjaan sehari-hari.
Sampai pada akhirnya Hadi bekerja di sebuah klub malam di
Jakarta. Awaknya dia hanya sebagai tukang bersih-bersih. Karena dikenal kuat
dalam minum-minuman keras dosis tinggi,
Hadi diangkat menjadi kapten bar. Tugasnya menemani tamu-tamu untuk
minum-minuman keras. Di klub itulah secara tidak sadar Hadi terseret menjadi
seorang kurir Narkoba. Hadi sering disuruh mengantarkan barang oleh tamu klub
yang pada akhirnya dia tahu bahwa barang yang dikirim itu adalah heroin.
"Setelah terjebak, saya akhirnya terjun sekalian
menjadi seorang kurier narkoba," ujar Hadi.
Meski masih berumur belasan tahun, Hadi selalu sukses dalam
menjalankan tugasnya. Statusnya pun meningkat menjadi seorang bandar. Hadi
mengaku pernah direkayasa ditangkap oleh timnya meskipun tidak membawa barang
bukti Narkoba. Dia dibawa ke suatu tempat, disiksa dan dipaksa menyebutkan
nama-nama jaringan.
Naik Pangkat
Pada saat itu Hadi berpikir, jika membongkar rahasia pasti
akan dibunuh. Tetapi kalau bungkam dia akan selamat dan akan masuk penjara.
Maka kendati dipukuli hingga babak belur dia memilih bungkam. "Saya
benar-benar kaget saat itu, karena bos saya muncul dan memberikan ucapan selamat,"
ujarnya seraya menyebutkan karena dinilai lulus ujian dia pun naik jabatan.
Dalam promosinya, Hadi mengaku sempat mendapatkan pendidikan
mafia di Hongkong. Di sana, dilatih teknik menembak, menahan sakit, dan
ilmu-ilmu lainnya. Selanjutnya, dia pun terlibat dalam transaksi kwintalan
heroin melalui laut. Maka dia pun paham betul siapa pemain kelas kakap
peredaran Narkoba di Indonesia yang kebal hukum.
Diakuinya, uang yang dihasilkan dari menjadi bagian jaringan
mafia Narkoba cukup banyak. Bagaimana tidak, gajinya dari bosnya warga negara
Taiwan dan Nigeria dalam sebulan bisa mencapai Rp 250 juta. Saat itu pecahan
uang terbesar Rp 20.000 gambar cengkih. Tetapi uang yang didapat itu selalu
habis untuk pesta-pesta.***
Komentar
Posting Komentar
terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini