Pengakuan Bekas Gembong Narkoba (3-Habis) Jauhi Mafia, Sengaja Mencuri Agar Masuk Penjara

Hadi Suprojo khusyuk berzikir di gubuknya yang berada 
di hutan Blawong, Kebumen.

SEKITAR 11 tahun tenggelam di dunia hitam, Hadi Suprojo (39) merasa hidupnya semakin tidak jelas. Banyak duit dihasilkan dari menjadi gembong Narkoba. Tetapi itu semua tidak membuatnya senang bahkan menjadikan hidupnya tidak tenang. 

"Hidup saya rusak karena kecanduan narkoba. Sekali hirup saya bisa habis sampai 4 gram heroin," ujar Hadi Suprojo saat ditemui Suara Merdeka di gubuknya yang berada di hutan Blawong, Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kebumen.

Untuk mencari ketenangan jiwa, maka setelah selesai transaksi Hadi sering lari mencari tempat sepi. Dia kerap pergi ke hutan di Gunung Slamet dan Kerinci menemui guru spiritualnya. Sedikit demi sedikit Hadi berusaha lepas dari jaringan mafia Narkoba hingga akhrinya, sekitar tahun 1998 dia pulang ke Kebumen.

Awal-awal di Kebumen, bapak delapan anak itu menepi di gua Menganti, perbukitan karst di Kecamatan Ayah. Bahkan di membuang uang Rp 250 juta beserta pistol jenis FN yang biasa dipakai ke laut selatan. "Uang itu saya anggap kotoran sehingga harus dibuang. Kalau itu dikasih orang, sama saja saya memberinya kotoran yang menjijikan," imbuhnya.

Agar semakin lepas dari jaringan gembong Narkoba, Hadi sengaja membantu temannya mencuri gergaji mesin agar bisa masuk penjara. Akhirnya, Hadi ikut ditangkap dan menjadi narapidana di Rutan Kebumen. 

"Kalau saya berada di penjara setidaknya tidak dicurigai disersi," ujarnya seraya mengatakan saat menjadi narapidana dia bertemu dengan Kiai Syaifudin Daldiri yang menjadi pembuna ruhani di Rutan Kebumen.

Bebas dari penjara, Hadi mondok di Pesantren Al Daldiri asuhan Kiai Syaifudin Daldiri atau yang akrab disapa Kiai Khojaki. Selain belajar ilmu agama, dia juga menjalani terapi agar lepas dari ketergantungan Narkoba. Sekitar tiga tahun nyantri, akhirnya Hadi menikah dengan Siti Romidah (29) seorang gadis asal Desan Adiwarno, Kecamatan Kutowinangun.

Sukses Berdagang

Anak-anak Hadi tidak mengenyam bangku sekolah
Setelah menikah Hadi bersama istrinya tinggal di Desa Purwodadi, Kecamatan Kuwarasan. Hadi sempat sukses dengan usaha dagangnya dan koperasi yang didirikannya. Namun dia kembali merasakan bahwa cara dagang yang dilakukan masih banyak menggunakan cara haram. Usaha yang dikelola dikelolanya dibiarkan terbengkalai dan memilih keputusan ekstrim yakni mengasingkan diri dengan hidup di tengah hutan. Bahkan saat ini rumah di Kuwarasan sudah disita bank.

Awalnya, Hadi tinggal di hutan bersama Yulianda temannya saat nyantri di pesantren Daldiri. Tetapi karena mengalami kecelakaan sehingga mengalami patah kaki, Yulianda dan keluarganya meninggalkan hutan dan pulang ke Lampung. Saat ini, Hadi tengah mempersiapkan satu pondokan lagi untuk teman karipnya yang berniat kembali ke sana.

"Rencananya Yulianda akan kembali tinggal di tengah hutan bersama kami," tandasnya.
Keberadaan keluarga Hadi yang tinggal di hutan menjadi perhatian. Banyak pihak yang telah membujuk agar Hadi hidup normal di perkampungan. Bujukan Korlap Front Thoriqotul Jihad (FTJ) Kebumen, Agus Miftahu Astani, jajaran Muspika Alian membuatnya tetap bergeming. Terakhir Sekretaris Daerah (Sekda) Kebumen Adi Pandoyo, Minggu (11/5/2014) naik ke hutan Blawong untuk menemui Hadi dan keluarganya.

Sekda datang membawa bekal sembako dan uang. Selain itu dia juga menawarkan kepada keluarga Hadi khususnya anak-anak diajak di pondok pesantren agar lebih hidup layak. Mendapatkan penawaran tersebut, Hadi mengaku masih akan pikir-pikir.***

Komentar

Postingan Populer