Pengakuan Bekas Gembong Narkoba (3-Habis) Jauhi Mafia, Sengaja Mencuri Agar Masuk Penjara
Hadi Suprojo khusyuk berzikir di
gubuknya yang berada
di hutan Blawong, Kebumen.
|
"Hidup saya rusak karena kecanduan narkoba. Sekali
hirup saya bisa habis sampai 4 gram heroin," ujar Hadi Suprojo saat
ditemui Suara Merdeka di gubuknya yang berada di hutan Blawong, Desa Sawangan,
Kecamatan Alian, Kebumen.
Untuk mencari ketenangan jiwa, maka setelah selesai
transaksi Hadi sering lari mencari tempat sepi. Dia kerap pergi ke hutan di Gunung
Slamet dan Kerinci menemui guru spiritualnya. Sedikit demi sedikit Hadi
berusaha lepas dari jaringan mafia Narkoba hingga akhrinya, sekitar tahun 1998
dia pulang ke Kebumen.
Awal-awal di Kebumen, bapak delapan anak itu menepi di gua
Menganti, perbukitan karst di Kecamatan Ayah. Bahkan di membuang uang Rp 250
juta beserta pistol jenis FN yang biasa dipakai ke laut selatan. "Uang itu
saya anggap kotoran sehingga harus dibuang. Kalau itu dikasih orang, sama saja
saya memberinya kotoran yang menjijikan," imbuhnya.
Agar semakin lepas dari jaringan gembong Narkoba, Hadi
sengaja membantu temannya mencuri gergaji mesin agar bisa masuk penjara.
Akhirnya, Hadi ikut ditangkap dan menjadi narapidana di Rutan Kebumen.
"Kalau saya berada di penjara setidaknya tidak dicurigai
disersi," ujarnya seraya mengatakan saat menjadi narapidana dia bertemu
dengan Kiai Syaifudin Daldiri yang menjadi pembuna ruhani di Rutan Kebumen.
Bebas dari penjara, Hadi mondok di Pesantren Al Daldiri
asuhan Kiai Syaifudin Daldiri atau yang akrab disapa Kiai Khojaki. Selain
belajar ilmu agama, dia juga menjalani terapi agar lepas dari ketergantungan
Narkoba. Sekitar tiga tahun nyantri, akhirnya Hadi menikah dengan Siti Romidah
(29) seorang gadis asal Desan Adiwarno, Kecamatan Kutowinangun.
Sukses Berdagang
Anak-anak Hadi tidak mengenyam bangku sekolah |
Setelah menikah Hadi bersama istrinya tinggal di Desa
Purwodadi, Kecamatan Kuwarasan. Hadi sempat sukses dengan usaha dagangnya dan
koperasi yang didirikannya. Namun dia kembali merasakan bahwa cara dagang yang
dilakukan masih banyak menggunakan cara haram. Usaha yang dikelola dikelolanya
dibiarkan terbengkalai dan memilih keputusan ekstrim yakni mengasingkan diri
dengan hidup di tengah hutan. Bahkan saat ini rumah di Kuwarasan sudah disita
bank.
Awalnya, Hadi tinggal di hutan bersama Yulianda temannya
saat nyantri di pesantren Daldiri. Tetapi karena mengalami kecelakaan sehingga
mengalami patah kaki, Yulianda dan keluarganya meninggalkan hutan dan pulang ke
Lampung. Saat ini, Hadi tengah mempersiapkan satu pondokan lagi untuk teman
karipnya yang berniat kembali ke sana.
"Rencananya Yulianda akan kembali tinggal di tengah
hutan bersama kami," tandasnya.
Keberadaan keluarga Hadi yang tinggal di hutan menjadi
perhatian. Banyak pihak yang telah membujuk agar Hadi hidup normal di
perkampungan. Bujukan Korlap Front Thoriqotul Jihad (FTJ) Kebumen, Agus Miftahu
Astani, jajaran Muspika Alian membuatnya tetap bergeming. Terakhir Sekretaris
Daerah (Sekda) Kebumen Adi Pandoyo, Minggu (11/5/2014) naik ke hutan Blawong untuk
menemui Hadi dan keluarganya.
Sekda datang membawa bekal sembako dan uang. Selain itu dia
juga menawarkan kepada keluarga Hadi khususnya anak-anak diajak di pondok
pesantren agar lebih hidup layak. Mendapatkan penawaran tersebut, Hadi mengaku
masih akan pikir-pikir.***
Komentar
Posting Komentar
terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini