Kelenteng Kong Hwie Kiong
Bangunan Kelenteng Kong Hwie Kiong terlihat dari depan |
Pintu masuk kelenteng dihiasai kaligrafi khas Tiongkok |
Liem Kik Gwan merupakan seorang petugas pengumpul pajak (Kong Sin) bagi orang-orang Tionghoa untuk diserahkan kepada Belanda. Kelenteng dibangun sebagai tempat ibadah warga keturunan Tionghoa yang saat itu jumlahnya sudah cukup banyak.
Menurut tokoh Tionghoa Kebumen, R Sutanto Kolopaking atau Tan Cing Hok, kelenteng yang berdiri di sisi timur Sungai Luk Ulo itu mengalami kerusakan berat akibat perang. Saat perang kemerdekaan itu, bangunan kelenteng runtuh. Bahkan sejumlah bagian hancur, kecuali beberapa tembok yang masih bertahan hingga sekarang. Sebab kala dalam agresi Belanda I sekitar tahun 1946, warga Tionghoa meninggalkan Kebumen untuk mengungsi ke Yogyakarta.
Lukisan dan kaligrafi khas Tiongkok menjadi ornamen yang mempercantik dinding kelenteng |
"Adapun bangunan asli yang masih tersisa hanya tembok sisi kanan, kiri dan bagian belakang," ujar Tan Cing Hok.
Altar utama kelenteng menjadi tempat untuk sembahyang penganut Tri Dharma |
Sebagai kaum minoritas, tak dapat dipungkiri banyak hal yang harus dihadapi oleh warga keturunan Tionghoa dalam lintasan sejarah. Terlebih pada saat era orde baru yang sekian lama berkuasa, begitu ketat dalam membatasi aktivitas warga keturunan Tionghoa. Sejumlah perayaan pun tak dapat bebas dilakukan seperti saat ini.
Asap hio yang terbakar menjadi aroma khas setiap memasuki ruangan kelenteng |
Kelenteng memiliki fungsi sosial, yakni sebagai tempat untuk mempererat persaudaraan masyarakat keturunan Tionghoa. |
Komentar
Posting Komentar
terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini