Bersama Merayakan Cap Go Meh
Rupang tuan rumah Kelenteng Kong Hwie Kiong Mak Co Thian Shang Ze Mu atau Dewi Laut saat diarak. |
TRADISI Cap Go Meh atau hari ke-15 Imlek di
Kabupaten Kebumen dirayakan dengan penuh kegembiraan. Sukacita itu tak hanya dirasakan oleh warga
keturunan Tionghoa yang memiliki keterikatan dengan kalender solar lunar yang dianut
oleh para leluhurnya di Tiongkok. Masyarakat yang bukan
keturunan Tionghoa pun ikut ngayubagyo dalam perayaan itu.
Liong Samsi mengawal kirab rupang Kong Co dan Mak Co keliling kota Kebumen. |
Seperti saat ritual Jut Bio, sebuah ritual mengarak patung Kong Co dan Mak Co atau dewa-dewi keliling kota, Kamis, 05 Maret 2015, pengiringnya bukan hanya kesenian barongsai dan liong samsi, tetapi juga kesenian tek-tek khas Kebumen, rebana yang dimainkan oleh para santri Pondok Pesantren Al Falah Somalangu, dan para remaja berjilbab yang tergabung dalam komunitas Gusdurian Kebumen.
Komunitas Gusdurian Kebumen ikut menyemarakkan kirab budaya Cap Go Meh. |
Kesenian tradisional Tek-tek turut ambil bagian dalam kirab Cap Go Meh. |
Arak-arakan dimulai sekitar pukul 14.30. Adapun rupang Kong Co
dan Mak Co yang diarak ialah tuan rumah Kelenteng Kong Hwie Kiong yakni Mak Co Thian
Shang Ze Mu", yakni Dewi Laut dan tuan
rumah Kelenteng Hok Tek Bio Gombong, Kong Co Hok Tek Cin Sin atau Dewa Bumi. Kirap Cap Go Meh itu benar-benar
menunjukkan harmoni dalam multikultur.
Pemain liong berjalan tanpa iringan tabuhan saat melintasi Masjid Agung Kebumen. |
Sikap toleransi juga ditunjukkan oleh peserta pawai. Seperti
saat melintasi Masjid Agung Kebumen, seluruh tabuhan dihentikan guna
menghormati umat Islam yang menuaikan ibadah salat Ashar. Pemain barongsai dan
liong samsi juga menjadi kalem saat melintasi masjid. Setelah agak menjauh,
tabuhan kembali dilanjutkan.
WARGA memberi angpao kepada liong dan barongsai yang melintas di depan tokonya. |
"Setelah sekian lama tak diadakan, tahun ini kegiatan
kirab kembali digelar," ujar Ketua Panitia Henki Halim.
Warga dan para karyawan toko foto bersama dengan barongsai. |
Simbol Kerukunan
Menurut Ketua Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kong Hwie
Kiong Kebumen, Sugeng Budiawan, atraksi
arak-arakan itu diyakini sekaligus sebagai ritual menghalau musibah yang bisa
datang dari darat dan lautan. "Yang jelas, kegiatan ini secara keseluruhan
akan menjadi simbol kerukunan umat bergama di Kebumen," ujar Sugeng
Budiawan.
Kelenteng Kong Hwie Kiong Kebumen dihiasai oleh warna warni lampu lampion. |
Liem Tjen Lay, kepala bagian rumah tangga Kelenteng Kong
Hwie Kiong Kebumen menjelaskan bahwa umat di kelenteng meyakini dengan mengarak
Dewa Penguasa Laut dan Dewa Bumi maka Dewa-Dewi itu akan bahagia dan kemudian
akan memberikan hasil bumi dan laut yang berlimpah bagi seluruh warga Kebumen.
Atraksi liong samsi di halaman Kelenteng Kong Hwie Kiong. |
"Kami berharap acara yang akan diadakan setiap tahun
itu sekaligus menjadi hiburan bagi warga Kebumen," tandas Tjen Lay.
Warga menyaksikan pesta kembang api di halaman kelenteng. |
Pada malam harinya, ratusan warga dari berbagai latar belakang
sosial dan budaya tumpah ruah memadati halaman Kelenteng Kong Hwie Kiong
Kebumen. Perayaan Cap Go Meh ditandai dengan pesta kembang api. Ratusan warga
pun antusias menyambut setiap letusan kembang api dengan tepuk tangan.
Ornamen dua patung naga di atas atap kelenteng tampak indah dengan pendaran warna warni kembang api. |
Sebelumnya warga diberikan hiburan berupa atraksi dua
barongsai dan liong samsi. Dengan diiringi tabuhan khas, secara bergantian
barongsai dan liong melakukan berbagai atraksi yang cukup ekstrim. Atraksi
berlangsung semakin meriah, saat banyak warga yang memberikan angpao kepada
barongsai dan liong. ***
Komentar
Posting Komentar
terima kasih Anda telah memberikan komentar di blog ini