Postingan

Kelenteng Kong Hwie Kiong

Gambar
Kelenteng Kong Hwie Kiong BAGI masyarakat keturunan Tionghoa, Kelenteng bukan hanya sekadar dijadikan sebagai tempat sembahyang. Selain fungsi keagamaan, Kelengteng juga mempunyai fungsi sosial. Bangunan khas arsitektur Tiongkok itu ternyata menjadi sebuah penanda adanya eksisistensi warga keturunan Tionghoa.     "Secara sosial kelenteng juga berfungsi sebagai pemersatu dan mempererat persaudaraan  antara warga Tionghoa," ungkap Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kebumen Handoko Tan.     Di Kebumen terdapat Kelenteng yang cukup tua yakni kelenteng Kong Hwie Kiong. Hingga kini kelenteng itu sudah berumur sekitar 113 tahun. Diyakini, bangunan yang berada di tengah kota tersebut didirikan pada tahun 1898 oleh Liem Ke Gwon seorang letnan keturunan Tionghoa.     Namun seiring berjalannya waktu dan perang  yang melanda negeri, bangunan kelenteng mengalami kerusakan. Ditinggal mengungsi warga keturunan Tiongh...

Senthu & Tahun Baru

Gambar
Perayaan malam tahun baru 2011 di sejumlah kota yang termuat di harian umum Suara Merdeka (Minggu, 2 Januari 2011) SETIAP pergantian tahun saya selalu ingat sosok Senthu. Padahal kami hanya bertemu sekali, saat wawancara di rumahnya di Kampung Karang Kidul, Kelurahan Rejowinangun Selatan, Kota Magelang, Kamis 28 Desember 2006. Bahwa dia tak lagi ingat kepada saya itu pasti, karena saya juga sudah lupa-lupa ingat rupa wajahnya.  *** Saat malam tahun baru Senthu (60) selalu berada di jalanan. Tetapi bukan untuk menyaksikan pesta kembang api. Melainkan untuk menjajakan terompet hasil karyanya. Setiap penghujung tahun tiba, dia selalu gembira. Malam tahun baru adalah berkah bagi perajin terompet seperti dirinya. Senthu yang asli Wonogiri itu sudah 35 tahun menjadi perajin terompet. Selama itu pula dia menjajakan terompet tanpa pernah absen. Malam tahun baru adalah hari raya baginya. Alasannya, hari biasa pemilik nama asli Tamin itu hanya memproduksi sekitar 25 tero...

Saring "Photo"

Gambar
Mbah Saring Niswan (68) bersama kamera antik merek Agfa yang pernah dipakai untuk bekerja menjadi  fotografer keliling. SEDIKIT orang yang setia terhadap profesi yang mereka jalani, salah satunya adalah Saring Niswan (68). Bagaimana tidak, lebih dari 43 tahun,  warga yang saat ini tinggal di  sebuah rumah  sederhana di RT 03 RW 09 Kelurahan Selang, Kecamatan Kota Kebumen itu menjadi seorang tukang foto keliling. Dengan modal kamera itulah dia bekerja keras menghidupi  keluarga hingga mengantarkan delapan anaknya menjadi seorang sarjana. Kakek yang memiliki  13  orang cucu tersebut mulai memotret sebelum tahun 1964. Setelah lulus Sekolah Teknik Pertama dia ikut bekerja di studio Daya Bakti di kawasan Alun-alun Kebumen. Di studio itulah Saring muda mulai mengenal teknik fotografi mulai dari diafragma, kecepatan, pencahayaan, hingga non teknis seperti komposisi. Di studio  itu pula dia juga mendalami teknik cuci film di kamar gelap. Merasa st...

Awas!!! Belut Lombok Ijo Bikin Ketagihan

Gambar
JIKA Anda pernah melintas di Kota Gombong dan kebingungan mencari restoran, setelah membaca tulisan ini mudah-mudahan pengalaman itu tak akan terulang lagi. Mengapa demikian, saya akan merekomendasikan satu rumah makan yang layak disinggahi oleh pecinta kuliner yang makan tidak sekadar mencari kenyang. Belut Lombok Ijo Bikin Ketagihan. Bagi yang belum tahu, Gombong merupakan satu kota kecamatan dari 26 kecamatan di Kebumen sekitar 20 kilometer arah barat dari pusat kota dengan slogan “beriman” itu. Meski hanya kota kecamatan, kota ini lebih populer ketimbang Kebumen. Tidak sedikit orang yang mengira bahwa Gombong merupakan kota tersendiri. Oh ya, rumah makan yang saya maksudkan ialah Viva’s   Cafe & Resto . Meski di belakang nama ada embel-embel cafe & resto, jangan bayangkan   rumah makan yang berada di Jalan Yos Sudarso (di depan Lapangan Manunggal) ini berdiri megah layaknya restoran di kota-kota besar. Rumah makan yang resmi dibuka pada Juli 2010 lalu dibangun ...

Fitriyan Dwi Rahayu

Gambar
SAAT teman-teman sekolahnya merasa dag dig dug menunggu pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN), Fitriyan Dwi Rahayu (14) justru merasa santai. Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawa tengah itu masih melakukan kebiasaan sehari-hari, membantu pekerjaan orangtua di rumah, membaca buku, mendengarkan musik dan sesekali bermain gitar. Meskipun hasil UN belum diumumkan, tak pernah terpikir olehnya akan tidak lulus dalam ujian. Ya, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Cipto Raharjo (51) dan Sukarni Mugi Rahayu (43) itu yakin akan lulus. Sebab, selama pelaksanaan ujian, dia merasa mengerjakan naskah soal yang diujikan tanpa kesulitan berarti. Bahkan saat mengerjakan soal ujian Matematika, menurutnya hanya satu soal saja ia merasa tidak sanggup mengerjakan. "Saya sempat berpikir kalau soal Matematika yang diujikan salah he he he," ujar Fitriyan saat ditemui di rumah orangtuanya di RT 04 RW 01 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Karanganyar, Kebumen, Kamis (6/5...

Hachiko

Gambar
AKU menangis hari ini. Tidak sa mpai mengeluarkan suara memang. Hanya air mataku tiba-tiba melimpah membasahi kelopak yang kering. Kurasai tangisan itu, menikmati sensasinya yang luar biasa. Bagiku, menangis adalah sesuatu yang sakral dan istimewa. Terutama setelah aku beranjak dewasa. Tangisanku bukan sakit hati karena dihianati. Atau khusyu' berdoa bersama saat pengajian. Bukan pula ditinggal pacar atau dipecat dari perusahaan. Aku menangis hanya karena seekor anjing dalam film "Hachiko: A Dog’s Story". Bukan karena aku terpukau oleh akting Richard Gere, melainkan hanya men angisi kisah kesetiaan a njing yang melebihi batas kelaziman. Sungguh, aku tak peduli wibawaku anjlok karena menangis di bioskop. Aku juga tak mengerti, padahal saat menonton "Ratapan Anak Tiri" pada masa kecilku tak sedikit pun air mata keluar. Saat adegan kakak beradik Netty dan Susi dipaksa mengepel, mencuci piring dan makan nasi basi oleh ibu tirinya yang kejam aku masih bisa terseny...

warta nggondol nyawa

Gambar
PARA jurnalis di Kota Yogyakarta sungguh luar biasa. Pokoknya layak diapresiasi. Di tengah kesibukan mereka membuat berita, ternyata masih menyempatkan diri untuk berkesenian. Itu terbukti dengan sukses digelarnya pentas ketoprak Warta Nggondhol Nyawa di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu 03 April 2010 malam. Pemeran dalam pentas ketoprak dalam memeringati Hari Pers Na sional (HPN) itu sebagian besar adalah para wartawan media massa baik cetak maupun elektronik yang bertugas di Yogyakarta. Pementasan itu juga didukung oleh seniman profesional seperti Kelik Pelipur Lara, Marwoto dan Susilo "Den Baguse Ngarso" Nugroho yang merupakan penulis naskahnya. Selain para seniman profesional sejumlah tokoh juga ikut tampil sepe rti Ha mzah HS (pengusaha), Ari Sujito (Dosen Fisipol UGM), Nuryudi (Kepala RRI Yogya), dan Triwiyo no Somaharjo (Kepala TVRI Jogja). Pentas ketoprak wartawan tahun ini merupakan kali kedua. Di tempat yang sama, setahun lalu, saya juga m enyaks...