Merepih Keindahan Bukit Pentulu Indah
Merepih Alam (Foto: Ondo Supriyanto) |
WISATA
alternatif di Kabupaten Kebumen benar-benar sedang bergeliat. Setiap desa
berlomba-lomba memunculkan potensi wisata yang selama ini tersembunyi. Tidak
hanya di pesisir selatan Kebumen menawarkan keindahan pantai-pantai yang masih perawan,
di kawasan utara yang dikenal dengan Petai Sewu, pesona alam mulai menjadi
magnet wisatawan.
Bukit Pentulu Indah adalah salah satunya. Objek wisata yang populer
dengan nama Bukit PI tersebut berada di Dusun Dakah, Desa/Kecamatan Karangsambung.
Kawasan wisata ini masuk area hutan negara yang dikuasai Perhutani khususnya
wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebumen.
Foto: Ondo Supriyanto |
Sejak tiga bulan lalu, kawasan ini
dikembangkan oleh masyarakat sekitar menjadi wisata alternatif. Panorama alam yang
indah dari atas ketinggian menjadi daya tarik objek wisata yang berada di
antara hutan pinus tersebut. Dari atas ketinggian sekitar 300 mdpl, wisatawan
dapat menyaksikan panorama alam yang menawan, terasering persawahan yang indah
hingga merepih gugusan perbukitan kawasan cagar alam geologi Karangsambung.
Sahabat? (Foto: Ondo Supriyanto) |
Dari atas pohon yang disulap menjadi gardu pandang, pada
pagi hari dapat dinikmati sunrise yang istimewa. Jika cuaca cerah, dapat
terlihat matahari terbit di balik dua gunung kembar yakni Gunung Sindoro dan
Gunung Sumbing yang berdiri kokoh di arah timur. Tak heran, tidak sedikit
pegunjung yang rela berkemah di lokasi tersebut untuk melihat pemandangan
langka itu.
Di antara hutan pinus (Foto: Ondo Supriyanto) |
Ya, keindahan alam itu didukung dengan masyarakat yang sadar
wisata. Keramahan penduduk membuat pengunjung nyaman untuk berlama-lama di
sana. Saat ini, pengunjung hanya ditarik uang jasa parkir Rp 2.000 untuk sepeda
motor dan Rp 5.000 untuk mobil.
Naik Daun
Naik Daun
Teruslah Tersenyum (Foto: Ondo Supriyanto) |
Nongkrong di ketinggian (Foto: Ondo Supriyanto) |
Usai menikmati keindahan alam, jangan khawatir tidak jauh dari parkir kendaraan, berderet warung yang didirikan warga sekitar. Ada sekitar 15 pedagang yang selalu menyapa wisatawan mulai pagi hingga malam hari. Kelapa muda menjadi minuman favorit untuk menghilangkan haus setelah menurun puncak bukit. Tempe mendoan, bakwan, dan aneka makanan tradisional lain dijual dengan harga yang cukup murah.
"Saya sudah tiga bulan ini berdagang di sini. Lumayan bisa tambah penghasilan," ujar Saminah (39) salah satu pedagang mengaku senang dikembangkannya kawasan itu menjadi objek wisata, Minggu (28/2).
Berbekal apel (Ondo Supriyanto) |
Sejumlah warga berharap pemerintah daerah dapat mendukung
pengembangan wisata desa dengan intervensi terhadap peningkatkan infrastruktur
dalam hal ini akses jalan. "Kami berharap, jalan menuju lokasi wisata bisa
diperbaiki," ujar Saminah. ***
sangat menarik ka artikel ceritanya
BalasHapusobat viagra
obat impotensi